KunjunganPresiden Soeharto ke Kamboja bertujuan untuk mencapai keseimbangan politik luar negeri. Ibarat kata, baik yang pro-Amerika maupun pro-komunis harus sama-sama dikunjungi.
Kedatangan Presiden Soeharto ke Kamboja sebenarnya membuat Sihanouk sangat ketakutan.
Bagaimanapun juga, Presiden Soeharto sedang gencar-genacrnya melakukan penumpasan komunis di Indonesia. Kehadirannya dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah bagi pendukung komunis di Kamboja.
Tapi kunjungan Presiden Soeharto ke Kamhoja ternyata disambut oleh rakyat Kamboja dengan meriah dan penuh suka cita.
Menurut Duta Besar RI untuk Kamboja saat itu (1968), Marsekal Muda Boediardjo, seperti tertulis dalam buku otobiografinya Siapa Sudi Saya Dongengi, untuk menyambutPresiden Soeharto meriam dibunyikan sebanyak 21 kali dan ribuan orang dikerahkan berkumpul di stadion serta membentuk konfigurasi raksasa yang berbunyi 'Hidup Presiden Soeharto'.
Ditengah sambutan yang gegap-gempita, tiba-tiba ribuan rakyat Kamboja menari dan menyanyi dengan lagu yang sangat mengejutkan, yakni Genjer-Genjer.
Genjer-Genjer adalah lagu rakyat Banyuwangi yang dianggap punya kedekatan dengan PKI.
Sebagai seorang tentara, Boediardjo segera berbisik kepada Presiden Seoharto bahwa dirinyalah yang salah karena tidak melakukan penelitian terhadap lagu-lagu yang akan dinyanyikan rakyat Kamboja dalam acara sambutannya.
Baca Juga: Cara Busananya Dikomentari Nia Ramadhani, Ayu Ting Ting Berikan Tanggapan Tak Biasa
Boediardjo menyatakan bertanggung jawab atas keteledoran itu dan Presiden Soeharto ternyata hanya diam saja dengan senyumanya yang misterius.