Perdana Menteri Kamboja saat itu, Norodom Sihanouk, meskipun berasal dari Partai Demokrat, secara politik lebih dekat dengan negara komunis Rusia, China, dan Korea Utara.
Sihanouk juga merupakan teman dekat Bung Karno. Saat itu di Kamboja juga masih eksis Partai Komunis yang sangat berpengaruh, Pracheachon.
Kunjungan Presiden Soeharto ke Kamboja bertujuan untuk mencapai keseimbangan politik luar negeri. Ibarat kata, baik yang pro-Amerika maupun pro-komunis harus sama-sama dikunjungi.
Kedatangan Presiden Soeharto ke Kamboja sebenarnya membuat Sihanouk sangat ketakutan.
Bagaimanapun juga, Presiden Soeharto sedang gencar-genacrnya melakukan penumpasan komunis di Indonesia. Kehadirannya dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah bagi pendukung komunis di Kamboja.
Tapi kunjungan Presiden Soeharto ke Kamhoja ternyata disambut oleh rakyat Kamboja dengan meriah dan penuh suka cita.
Menurut Duta Besar RI untuk Kamboja saat itu (1968), Marsekal Muda Boediardjo, seperti tertulis dalam buku otobiografinya Siapa Sudi Saya Dongengi, untuk menyambut Presiden Soeharto meriam dibunyikan sebanyak 21 kali dan ribuan orang dikerahkan berkumpul di stadion serta membentuk konfigurasi raksasa yang berbunyi 'Hidup Presiden Soeharto'.
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar