Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Sosok politikus senior partai Gerindra belakangan ini menjadi sorotan publik usai secara blak-blakan ungkapkan rencana untuk melengserkan Joko Widodo sebelum pelantikan pada 20 Oktober 2019 mendatang.
Seperti yang dilansir Gridhot.ID dari Kompas TV, Permadi menegaskan telah menyusun rencana bersama tokoh massa untuk menggagalkan pelantikan Jokowi.
Ia menyebutkan akan melakukannya bersama Danjen Kopasus Mayjen Purnawirawan Sunarko, mahasiswa, sekaligus gerakan 212.
Langkah ini diambil Permadi lantaran menilai Jokowi telah berkali-kali membohongi rakyat Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi naik saat dilantik, hingga janji-janji saat dirinya menjalankan pemerintahan.
Lalu siapakah sebenarnya sosok Permadi ini yang seolah olah punya kekuatan besar untuk melengserkan Jokowi?
Melansir Tribunnews dari Wikipedia.org, KRT Permadi Satrio Wiwoho atau biasa dikenal dengan nama Permadi, SH sosok politikus kelahiran Semarang, Jawa Tengah 14 Mei 1940.
Sosok yang menyukai warna hitam ini selalu terlihat menenteng tas kecil yang diapit di tangan.
Pakaian yang digunakannya pun selalu berwarna hitam.
Permadi menceritakan, alasan kecintaannya menggunakan pakaian hitam berawal dari kebiasaan yang diterapkan oleh Poernomo (ayah Permadi) sejak kecil.
Dalam keyakinannya, hitam memiliki makna tersendiri: Warna hitam melambangkan ilmu jawa yang paling tinggi atau dikenal dengan Sangkan Paraning Dumadi dan warna hitam adalah warna yang paling konsekuen.
"Anda pakai baju warna-warni, bayangan tetap hitam. Anda pakai pakaian warna kuning, tetap warna bayangan hitam. Artinya, apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan, apa yang dirasakan, apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat harus sama dan konsekuen" ujar mantan wartawan ini.
Sebelum menjajaki kariernya sebagai politikus, Permadi mengaku dalam meniti kehidupannya pun pernah mengalami masa-masa sulit.
Bahkan ia tak pernah menyangka dirinya bisa menjadi wakil rakyat dan merasakan keagungan gedung dewan yang terhormat.
Sebelumnya ia mengaku pernah menjadi sopir taksi gelap.
Hal inilah yang menjadikannya alasan hingga sekarang ia suka menggunakan taksi jika berkegiatan di luar.
Selain itu, ia juga pernah menjadi pekerja lepas yang tak mempunyai pendapatan tetap.
“Dalam hidup, saya tidak pernah ngoyo. Istilah jawanya, ngeli ning aja keli. Jadi, mengalir seperti air saja. Bahkan, saya juga menerapkan prinsip hidup seperti yang diterapkan Eyang Sosrokartono yang merupakan kakak dari RA Kartini, yaitu ngelampah tanpa bolo, sugih tanpa bandho dan menang tanpa ngasorake, dengan prinsip itu hidup akan semakin enak" kata pengagum tokoh Soekarno ini.
Kecintaannya terhadap Soekarno itulah yang memotivasinya untuk bertolak ke ranah politik.
Ia sudah mulai mengagumi Soekarno sejak usia lima tahun.
“Saya tidak dekat secara fisik, tetapi dengan batin ia sangat dekat dan itu tidak bisa saya ungkapkan. Ada pengalaman unik mengenai Bung Karno, saat itu, saya bekerja pada lembaga pariwisata RI. Namun, akhirnya saya diberhentikan gara-gara dicap "Soekarnois". Bahkan, ditempat lain juga sama ditolak, tapi ya saya terima saja" ujar kolektor puluhan keris ini.
Pria yang dikenal sangat vokal ini mengaku siap membantu siapapun dengan kemampuan yang dimilikinya dan tak mau diberi imbalan.
Sebab, bagi Permadi, ini merupakan bentuk konsistensi dirinya terhadap masyarakat.
“Konsistensi ini saya pegang teguh, dengan catatan saya tidak menerima sogokan atau amplop. Bahkan, kalau ada kasus seperti itu, pasti akan saya bongkar," kata pria yang enggan disebut sebagai paranormal ini.
Meski sudah menyatakan sikapnya akan melengserkan Jokowi secara blak-blakan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menegaskan komitmen TNI untuk ikut mengamankan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih hasil Pemilu 2019 pada 20 Oktober 2019 mendatang.
Hal itu disampaikannya usai meresmikan pembentukan Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah Pertahanan) di Skadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (27/9/2019) pagi.
Dikutip dari Tribunnews, Panglima TNI bahkan tak segan menyatakan siapapun yang berniat menggagalkan pelantikan presiden akan berhadapan dengan TNI.
“Siapapun yang melakukan tindakan anarkis, inkonstitusional, dan tidak baik, termasuk berupaya menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden hasil Pemilu akan berhadapan dengan TNI,” ungkap Panglima TNI secara lantang.
Pernyataan itu disampaikan Panglima TNI bersama satuan-satuan di tiga matra TNI.
Meski disampaikan secara lantang oleh Panglima TNI, agaknya ancaman penggagalan pelantikan Presiden pada 20 Oktober mendatang tak mempan bagi seorang politisi senior partai Gerindra berikut ini.
(*)