Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Kerusuhan yang baru saja terjadi di Wamena, Papua pada Senin (23/9/2019) masih meninggalkan trauma bagi warga sekitar.
Mengutip Kompas.com, kerusuhan di Kota Wamena ini dipicu hoaks yang beredar di kalangan masyarakat.
Hoaks tersebut menyebut, ada seorang guru yang mengucapkan kata-kata rasis kepada salah seorang muridnya.
Kata-kata tersebut, lantas memicu emosi sejumlah warga di Kota Wamena.
Awalnya, sejumlah siswa SMA PGRI dan masyarakat 200 orang hanya melakukan aksi protes dengan berjalan menuju sebuah sekolah di Wamena.
Namun lama kelamaan, jumlah massa kian bertambah sehingga kericuhan pun pecah.
Banyak bangunan dibakar hingga aksi lempar batu terjadi pada kerusuhan tersebut.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sejak hari Rabu (25/9/2019) ribuan warga tercatat mengungsi ke kompleks Pangkalan AU Manuhiua, Detasemen Wamena.
Para warga yang mengungsi merasa dirinya masih terancam pasca kerusuhan.
Bahkan beberapa warga berharap bisa segera meninggalkan kota Wamena demi keamanan.
Salah seorang korban mengaku kalau rumah serta harta bendanya hangus dibakar massa dan dirinya sedang mengantre tiket penerbangan pesawat Hercules.
“Saya ingin segera pulang ke kampung halaman. Di sini nyawa kami sangat terancam. Rumah saya dibakar, kios-kios dibakar, bahkan kantor pemerintahan juga mereka bakar,” ungkap wanita asal Sumatra Utara bernama D Sibuea.
Namun, sebuah kejanggalan telah disaksikan seorang pengungsi saat kerusuhan ini terjadi.
Baca Juga: Pamer Foto Slip Gaji, Bupati Banjarnegara Merasa Tunjangannya Kurang, Budhi Sarwono Tak Merasa Risih
Mengutip Tribun Bogor, pengungsi bernama Amin (40) mengaku menemukan keanehan saat kerusuhan terjadi di Kota Wamena.
Tak cuma Amin, kejanggalan ini turut dirasakan oleh pengungsi lain.
Hal aneh yang dilihat Amin dan pengungsi lain adalah, adanya bonggol pisang dan kayu pohon kasuari.
Amin mengatakan, bonggol pisang dan kayu kasuari ditemukan di rumah-rumah yang tak dibakar dan dihancurkan saat kerusuhan.
"Itu sebetulnya tidak tahu ya, kalau ini sejujurnya saya ini."
"Kalau ada tanda di depannya ada bonggol pisang dengan kayu kasuari sebatang, itu (rumah) tidak dibakar," ungkap Amin.
Pria yang telah tinggal di Wamena sejak tahun 2013 itu bercerita, dua benda tersebut diduga menjadi tanda yang ditaruh di depan rumah sebelum terjadi kerusuhan.
Sehingga saat kerusuhan terjadi, tempat-tempat yang memiliki tanda tersebut tak ikut menjadi sasaran kerusuhan.
"Seperti tanda. Tanda apa?, itulah saya heran. Ada apa ini sebetulnya?," lanjut Amin.
Amin mengaku, kerusuhan tersebut tak ia duga.
Apalagi saat Amin melihat banyak massa membawa bensin setelah demo mahasiswa di depan Kantor Bupati Jawawijaya selesai digelar.
"Kalau misalkan ada isu-isu begini-begini, kita ini patuh tidak usah keluar rumah.
"Tidak keluar rumah, tidak apa-apa.
"Ini tidak ada kabar ini, berita-berita tidak ada, sampai terjadi begini," pungkasnya.
Terkait kerusuhan di Kota Wamena, pihak kepolisian sudah menetapkan 7 tersangka.
"Ke-tujuh tersangka yang diduga sebagai pelaku kerusuhan di Wamena tersebut sudah ditetapkan proses penahanannya," ungkap Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra.
Menurut data kepolisian, tercatat ada 31 korban akibat kerusuhan Wamena tersebut.
Hampir dua minggu pasca terjadinya kerusuhan, Kota Wamena disebut telah kembali normal.
"Berdasarkan info di Polda Papua, khususnya Polres Wamena dikatakan hari ini seluruh kegiatan secara sosial dan ekonomi berjalan normal," tutupnya singkat. (*)
Source | : | Kompas.com,TribunBogor.com |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar