Melihat kondisi Cut Nyak Dien yang seperti itu, sang panglima perang, Pang Laot Ali, menawarkan menyerahkan diri ke Belanda. Tapi, Cut Nyak Dien justru marah sekali dan menegaskan untuk terus bertempur.
Akhirnya Cut Nyak Dien berhasil ditangkap oleh pasukan khusus Belanda yag dipimpin oleh Letnan van Vurren.
Seperti biasa setelah ditangkap, dan untuk menghindarkan pengaruhnya terhadap masyarakat Aceh, Cut Nyak Dien diasingkan ke Pulau Jawa, tepatnya ke daerah Sumedang, Jawa Barat.
Di tempat pengasingannya, Cut Nyak Dien yang sudah renta dan mengalami gangguan penglihatan, lebih banyak mengajar agama dengan tetap merahasiakan jati diri yang sebenarnya.
Cut Nyak Dien wafat pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Sumedang.
Makam Cut Nyak Dien baru diketahui secara pasti pada 1960 atau sekitar 50 tahun setelah kematiannya.
Waktu itu, Pemda Aceh memang sengaja menelusuri kuburannya.
Perjuangan Cut Nyak Dien bahkan membuat seorang penulis dan sejahrawan Belanda, Ny Szekly Lulof kagum dan menggelarinya Ratu Aceh.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Cut Nyak Dien, Pahlawan Aceh yang Makamnya Baru Diketahui Setengah Abad Setelah Kematiannya"