Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID-Kasus penusukan Menkopolhukam Wiranto masih santer dibicarakan publik.
Kronologi penyerangan terjadi di sebuah lapangan ketika Wiranto hendak menaiki helikopter seusai menghadiri acara peresmian di Universitas Mathla'ul Anwar.
Dua pelaku yang merupakan suami istri, FA dan Abu Rara sudah diamankan polisi.
Aksi Abu Rara yang membabi buta menyebabkan dua orang lainnya yang berada di lokasi mendapatkan luka tusukan.
Melansir dari Kompas.com, seperti yang diungkapkan seorang warga saksi kejadian, Madrain (27), Kamis (10/10/2019) ia menyebutkan ada anggota polisi yang menjadi korban.
Anggota polisi tersebut adalah Kapolsek Menes Kompol Drayanto juga turut menjadi korban penusukan.
Dilansir dari Tribunnews, Drayanto menceritakan kronologi insiden yang terjadi pada Kamis (10/10/2019) di Pandeglang, Banten itu.
Menurut pengakuannya, insiden penyerangan yang dilakukan oleh Syahril Alamsyah (31) dan seorang perempuan yang diduga istrinya, Fitri Andriana (21) itu terjadi begitu cepat.
Warga yang saat itu berkerumun di alun-alun Menes untuk menyaksikan Wiranto dan helikopter yang akan membawanya bertolak ke Jakarta langsung dibuat heboh.
"Ya dia (Wiranto) jatuh, kejadian begitu cepat, suara-suara banyak, MasyaAllah, Ya Allah," ujar Daryanto di Rumah Sakit Sari Asih Serang, Banten, sperti dikutip dari Tribunnews pada Jumat (11/10/2019).
Wiranto yang langsung tersungkur ke tanah lantas ditolong oleh pejabat yang tengah berada di lokasi.
Mantan Panglima ABRI tahun 1998-1999 itu dibopong beramai-ramai ke mobil untuk segera dilarikan ke rumah sakit.
"Setelah itu akhirnya kita semua membantu, akhirnya dengan bantuan yang lain dibawa lah pak Wiranto ke mobil," ucap Daryanto.
Rupanya, serangan Syahril tak berhenti di situ saja.
Sebab, kali ini, giliran Fitri Andriana yang beraksi dan kembali menyasar Wiranto.
Namun, serangan itu berhasil dihalau oleh Daryanto.
Walaupun dirinya ikut terkena imbas berupa luka sabetan di kedua lengan, dada, dan yang paling parah di bagian punggungnya.
Akibat luka sabetan yang cukup parah itu, Daryanto harus menjalani jahitan di kulitnya.
Daryanto mengaku tidak melihat pisau yang dibawa oleh Fitri karena senjata tajam itu dibalut dengan kain hitam.
"Setelah itu, saya membalikan punggung, saya ditusuk dari belakang, nah saya ditusuk, saya berbalik arah akhirnya yang menyerang saya berpakaian jilbab menyerang saya, saya tidak tahu, karena pisaunya itu tertutup dengan kain hitam," kata Daryanto.
"Nah, dia menghantam lengan kiri, tiba-tiba robek baju saya, ini apa sih nih ibu-ibu, saya sepak (tendang), dia jatuh masih nuding-nuding, akhirnya dikerumuni massa, di situ ada aparat intel," sambungnya.
Kemudian, polisi segera menangani kedua pasutri itu dan Daryanto menyadari bahwa darahnya telah mengucur.
Melihat hal itu, ia kemudian berusaha berjalan untuk mencari pertolongan medis.
"Mereka ditangkap akhirnya saya berjalan, pak Wiranto sudah diamankan, saya jalan ke Puskesmas berlumuran darah, yang jaraknya 500 meter dari TKP.
Jalan kaki saya, dibantu anggota saya yang lagi pengamanan. Saya dibawa ke sana oleh anggota saya, akhirnya sampai di sana dibantu Satpol PP," terang Daryanto.
Akibat penyerangan itu, Wiranto sendiri menderita dua luka tusuk yang cukup dalam.
Berita terbaru mengatakan bahwa ususnya harus dipotong sepanjang 40 sentimeter karena luka tusuk tersebut.
Dugaan status suami istri pada pelaku masih belum terbukti hingga sekarang.
Sebab, identitas keduanya tidak membuktikan bahwa mereka telah menikah.
(*)