Anggota PGRS sendiri diketahui merupakan pemuda Tionghoa namun ada beberapa dari suku Dayak, Melayu, Jawa dan lainnya.
Hendropriyono yang memimpin unit berisi 8 orang mendekat ke arah gubuk Hassan yang merupakan komandan PGRS.
Peristiwa tersebut dilaporkan terjadi secara senyap dalam semalam.
Di sini ketangguhan pasukan tersebut terbukti.
Salah satu anggota Sandi Yudha berhasil menggugurkan penjaga gubuk yang bersenjatakan api dengan sangkur atau pisau yang ada di senapan.
Hendropriyono yang berhasil bertatap muka dengan Hassan justru mendapatkan perlawanan.
Pertempuran jarak dekat satu lawan satu pun tak terelakkan.
Dalam pertarungan tersebut, Hendropriyono mengalami luka dibagian paha dan jarinya akibat sangkur milik Hassan.
Namun pertempuran tersebut berhasil dimenangkan Hendropriyono.
Hendropriyono dan pasukannya juga berusaha sebisa mungkin membujuk hati musuh agar bersimpati ke Indonesia.
"Kita tidak pernah tahu kapan jadi kawan dan situasi berubah lalu jadi lawan. Bertempurlah dengan ksatria. Jangan menyiksa lawan. Itu sifat prajurit Sandi Yudha," ujar Hendropriyono saat peluncuran buku Operasi Sandi Yudha Menumpas Gerakan Klandestin.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar