Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega
Gridhot.ID - Ketua Umum Parai Gerindra, Prabowo Subianto diminta presiden Joko Widodo masuk dalam kabinet.
Dikutip dari Kompas.com, Prabowo Subianto mengonfirmasi sendiri mengenai kabar tersebut.
Mengenakan kemeja putih, Prabowo kemudian mengatakan dirinya akan membantu kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin di bidang pertahanan.
"Saya diminta bantu beliau di bidang pertahanan," ujar Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019).
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengaku akan bekerja keras untuk mencapai sasaran yang sudah ditentukan.
"Beliau beri beberapa pengarahan, saya akan kerja keras untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan," lanjut Prabowo.
Sementara, juru bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin angkat bicara mengenai pernyataan Prabowo yang siap menjadi Menteri Pertahanan kabinet Jokowi.
Novel menyayangkan langkah Prabowo membawa partainya merapat menjadi koalisi pendukung pemerintah.
Menurut Novel, sebaiknya Prabowo menjadi oposisi agar mendapatkan kehormatan dari pendukungnya saat Pilpres 2019.
Wibawa Prabowo bakal jatuh jika mendapatkan jabatan menteri dari Jokowi.
"Apalagi posisi kalau benar Prabowo jadi menteri benar-benar sangat menjatuhkan wibawa," ujar Novel saat dikonfirmasi Tribunnews, Selasa (22/10/2019).
"Sejatinya Prabowo wajib menjadi oposisi saja, dengan begitu posisi Prabowo sangat terhormat dan disegani baik kawan maupun lawan," saran Novel.
Novel juga menyinggung Prabowo dapat menyakiti pemilihnya di Aceh dan Sumatera Barat.
Pasalnya di kedua provinsi tersebut, Prabowo menang telak.
"Bahkan jelas di Sumatera Barat dan Aceh dalam sejarahnya bisa meraih hampir 90 persen, ini adalah pukulan telak bagi pemilih Prabowo," tutur Novel.
Iamenilai tindakan Prabowo ini karena dirinya telah meninggalkan ulama yang selama ini mendukungnya.
Novelmenyebut Prabowo telah meninggalkan ulama sejak putusan Mahkamah Konstitusi.
Menurut Novel, langkah Prabowo dapat membuat dirinya ditinggalkan oleh pendukungnya.
"Semua itu terjadi karena tindakan Prabowo sudah berani meninggalkan ulama dari saat MK mengetuk palu atas hasil arogan."
"Sampai hari ini Prabowo tidak menjalin silaturahmi lagi dengan ulama."
"Maka jelas fatal akibatnya dengan ditinggalkan oleh pemilihnya, karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Prabowo dan Gerindra-nya," beber Novel.
(*)