Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID -Pada pemilihan Menteri Kabinet Indonesia Maju, Presiden Joko Widodo telah mempercayakan jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) kepada Nadiem Makarim.
Sosok yang sebelumnya lebih dikenal sebagai CEO dari perusahaan startup Gojek ini rela melepas jabatannya untuk menjabat sebagai Mendikbud.
Diketahui, Nadiem merupakan salah satu sosok generasi milenial yang sejak awal sudah diprediksi sejumlah kalangan bakal menjabat posisi menteri.
Setelah dipercaya untuk menjadi Menteri, kini Nadiem Makarim akan mengurus pengunduran diri sebagai salah satu pimpinan di Go-Jek.
"Sudah pasti dari posisi di GoJek, saya mudur dan tidak ada kewenangan sama sekali, mulai hari ini (mundur)," tutur Nadiem seperti dikutip dari Kompas, Senin (21/10/2019).
Namun, Nadiem mengaku masih merasa canggung usai dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Hal tersebut ia ungkapkan langsung di depan petinggi dan pegawai kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dilansir dari Kompas TV, saat pertama kali berbicara di depan pegawai dan pejabat Kemendikbud, Nadiem meminta maaf karena terlihat masih kaku.
"Maaf masih Kaku," sebut Nadiem dikutip dari Kompas TV.
"Dari sisi formalitas saya masih belajar. Dari sisi Protokoler saya juga masih harus belajar, tambah Nadiem, dikutip dari Kompas TV.
Ia sendiri mengatakan masih harus belajar mengenai sistem protokoler dan formalitas sebagai seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Mantan bos Go-Jek tersebut juga mengatakan bahwa ia belum sepenuhnya sadar bahwa telah menjadi salah satu pembantu Presiden RI.
Bahkan ia menceritakan pertama kali datang ke Kantor Kemendikbud di Jakarta sesaat setelah dilantik, ia merasa bingung.
Menteri termuda Kabinet Indonesia Maju tersebut mengatakan bahwa dirinya belum cukup mengenal siapa saja orang-orang yang akan mendampinginya di kementerian.
Baik staff ahli maupun ajudan yang akan menemani hari-harinya mengabdi sebagai seorang menteri.
Momen itu ia ceritakan secara gamblang kepada audiens yang datang dan mendengarkan pidato pertama Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Ia tak sadar bahwa setiap menteri ataupun pejabat tinggi pemerintahan pusat pasti memiliki ajudan.
Orang yang selalu akan ada disamping pejabat tersebut saat sedang melaksanakan tugas sebagai abdi masyarakat.
Hal tersebut ia ceritakan saat pertama kali menginjakan kaki di kantor yang akan ia tempati selama lima tahun mendatang.
Dilansir dari Kompas TV, saat pertama kali Nadiem turun dari mobil yang ia kendarai dari Istana Negara menuju kantor kementerian.
Sesampainya di kantor Kemendikbud, ia disambut oleh seseorang dan juga membukakan pintu mobil yang ia tumpangi.
Setelah keluar dari mobil, ia disalami oleh orang tersebut hingga dan ia pun disambut dengan hormat oleh orang itu.
Sontak tindakan yang dilakukan oleh pria itu membuat Nadiem bingung dan kaget.
Nadiem pun langsung bertanya kepada pria tersebut, mengenai siapa dia dan apa keperluannya.
"Bapak siapa ya?" Tanya Nadiem kepada pria tersebut saat pertama kali turun dari mobil di depan kantor Kemendibud Jakarta, dikutip dari Kompas TV.
Nadiem juga bercerita bahwa pria itu pun juga ikut kaget saat ditanya perihal siapa dia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
"Saya Ajudan Bapak," sebut Nadiem saat menirukan jawaban pria tersebut, dilansir dari Kompas TV.
Dari momen itulah Nadiem mulai menyadari posisinya sekarang telah berbeda dari kemarin-kemarin.
Ia sekarang telah menjadi pejabat pembantu presiden, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaam.
Nadiem juga mengatakan bahwa dirinya masih canggung bila dipanggil dengan sebutan 'Bapak', ia lebih memilih dipanggil 'Mas'.
Sebelumnya, Pendiri sekaligus mantan CEO perusahaan jasa Go-Jek tersebut dipilih Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Indonesia Maju.
Ia dilantik sebagai Menteri pada Rabu (23/10/19) bersama dengan menteri yang lain di Istana Negara.
Saat di depan pegawai kementerian Nadiem mengaku program kerjanya 100 hari mendatang adalah belajar.
Nadiem mengaku akan mendengarkan apa kendala dan apa yang ada dalam permasalahan pendidikan di Indonesia dari pakar-pakar pendidikan di kementerian.
Hal tersebut adalah tindakan awal Nadiem untuk mengetaui kebijakan apa yang akan dilakukannya ke depan untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
"Saya tidak ada rencana 100 hari. Rencana 100 hari saya adalah duduk dan mendengar. berbicara dengan pakar pendidikan yang ada di depan saya ini yang telah bertahun-tahun berdampak pada kualitas pendidikan di Indonesia," ungkap Nadiem di depan pegawai dan pejabat kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Kantor Kemendikbud Pusat, dilansir dari Kompas TV. (*)