Si bungsu tak diberi tahu
Teka-teki baru terjawab, meski sebagian, pada tanggal 19 Oktober 1993. Sekitar pukul 16.00, ada petugas kepolisian datang ke rumahnya dengan membawa surat.
"Di situ disebutkan, saya sudah boleh menjenguk Mas Wono di Polda Jatim. Wah, tambah cemas saya. Salah apa suami saya kok sampai ditahan polisi?"
Esok harinya, Rukiyati berangkat ke Polda ditemani tetangganya yang sama-sama kehilangan suami, Ny. Suprayogi.
Tiba di markas Polda Jatim, "Mas Wono betul ada di sana. Badannya kurus, wajahnya pucat. Di tubuhnya juga banyak terdapat luka bekas penganiayaan," tutur Rukiyati yang langsung sesenggukan melihat keadaan sang suami yang menyedihkan.
"Sampai jatah waktu 10 menit yang tersedia cuma kami habiskan untuk saling bertangisan."
Baru pada kesempatan menjenguk berikutnya, Rukiyati bisa mendengar langsung dari Suwono, apa yang sebenarnya terjadi.
"Mas Wono cerita, dia ditahan dengan tuduhan turut berkomplot menghabisi Marsinah. Saya kan kaget. Langsung saja saya tanya, benar atau tidaknya tuduhan itu. Eh, dia malah ngamuk. Dia berkali-kali mengatakan, sama sekali tak tahu-menahu tentang adanya pembunuhan terhadap salah satu buruh PT CPS itu."
Malah, karena keyakinannya itu, Wono mengaku disiksa petugas yang menahannya.
Komentar