GridHot.ID-Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Konflik antara pemerintah RI dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976.
Dilansir dari artikel yang tayang di Intisari Online, ketika pemerintah RI melancarkan Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh pada tahun 2003, perlawanan dari kelompok bersenjata GAM masih sering terjadi.
Untuk memberikan dukungan baik keperluan angkut logistik maupun pasukan, TNI AU mengirimkan heli jenis Sikorsky S-58T Twin Pac ke Aceh.
Heli milik Skadron Udara 6 yang dikirim ke Aceh bernomor registrasi H-3451 dan para awaknya dipimpin oleh Kapten Pnb Handaka.
Suatu hari pada Jumat 21 Februari 2003, Kapten Pnb Handaka dan para awak heli Twin Pac mendapat perintah terbang dari Pangkoops TNI,untuk melaksanakan misi dukungan Pusat Komando Pengendalian Operasi (Puskodalops) TNI.
Rute penerbangannya adalah Komando Pengendali (KP) 3-Langsa-Iderayuek-KP3.
Pesawat take off dari KP3 pukul 10.45 WIB dengan ketinggian 3000 kaki, sementara laporan cuaca dari posko di Langsa menyatakan bahwa cuaca cerah dan kondisi aman untuk pendaratan.
Setelah mendarat di Langsa pukul 11.30 WIB, pesawat heli melanjutkan misi ke Iderayuek pukul 11.35 WIB.
Dalam penerbangan, pilot heli mendapat laporan dari radio bahwa pasukan di Iderayeuk yang melaporkan bahwa cuaca mendung.
Demi menghindari cuaca mendung, pesawat heli diarahkan untuk datang dari pantai (mengikuti alur garis pantai).
Namun baru lebih kurang 10 nautical miles (lebih kurang 18 kilometer) terbang dari Langsa, di daerah Sungai Raya cuaca memburuk dan turun hujan yang mempengaruhi jarak pandang (visibility) pilot.
Pilot lalu memutuskan melakukan ground contact dan turun ke ketinggian 1500 kaki dengan maksud melihat kondisi cuaca di depan.
Setelah dicek, kondisi cuaca di depan ternyata kurang memungkinkan untuk dilalui, sehingga diputuskan melakukan dog leg (mengambil rute melambung) ke arah yang lebih terang tepatnya di atas Sungai Raya.
Namun, di cuaca yang terang itu, heli menjadi gampang dilihat.
Baca Juga: Diberi Penghargaan Karena Akhirnya Bisa Mengupas Kulit Salak, Nia Ramadhani: Gila, Ini Aneh Abis!
Dan ternyata, heli telah diincar oleh sniper GAM yang langsungmenembakkan senapannya.
"Dekk..!"
Mendengar suara ganjil itu, dua mekanik yang berada di dalam Twin Pac segera memeriksa kabin secara cermat.
Tapi mereka tidak menemukan kelainan apapun.
Penerbangan pun berlangsung normal hingga heli mendarat di Iderayeuk pukul 12.05 WIB.
Selanjutnya, pukul 12.10 WIB pesawat melanjutkan misi kembali ke KP3 dengan ketinggian 2500 kaki.
Sama seperti sebelumnya, penerbangan ini juga berlangsung normal hingga mendarat di KP3 pukul 12.40 WIB.
Setelah engine shut down (mesin dimatikan), mekanik lantas melakukanpost flightinspection (pemeriksaan sesudah terbang) dan refueling (pengisian bahan bakar).
Saat itulah, mekanik menemukan adanya kebocoran pada fuel cell tanki BBM bagian belakang.
Setelah diteliti lebih jauh ternyata terdapat lubang di fuel cell tersebut dengan diameter sekitar 5 cm dan diidentifikasi sebagai bekas tembakan peluru.
Dilihat dari tembakkannya yang tepat menghantam tanki bahan bakar, penembaknnya jelas seorang sniper.
Namun mujur, pesawat tidak mengalami kebocoran bahan bakar yang fatal dan tetap dapat menjalankan misinya bagi negara.
Risiko seperti itu ternyata kerap dialami para pilot heli TNI AU dan sudah menjadi bagian yang selalu meleka dalam setiap penugasan helikopter Skadron Udara 6.
Terutama di daerah konflik seperti Aceh dan Papua.
Artikel ini telah tayang Intisari Online dengan judul "Heli TNI AU Dihantam Sniper GAM di Bagian yang Sangat Berbahaya, Pilot Baru Sadar Saat Mendarat"
(*)