jelajah penerbangan pembom nuklir H-6K China
Militer Amerika (US Navy) yang menggunakan jalur Laut China Selatan untuk sarana transportasi kapal-kapal perang di bawah komando Armada Ketujuh US Pacific Command, bahkan sudah sering berhadapan dengan kapal-kapal perang China tapi masih berusaha keras menghindari konflik.
Presiden AS Donald Trump sendiri sudah memperingatkan bahwa kehadiran kapal-kapal perang China ditambah penerbangan ‘provokasi’ pembom nuklir H-6K telah membuat AS merasa ‘ditantang’ untuk menurunkan kekuatan militer yang lebih besar di kawasan Laut China Selatan.
Namun China ternyata tidak gentar terhadap gertakan Presiden Trump karena faktanya kekuatan lautnya kini sudah menguasai kontrol di Laut China Selatan.
Para petinggi US Navy di Asia Pasific, seperti Laksamana Philip Davidson yang akan menjabat Panglima Armada Ketujuh US Pasific Command di waktu dekat, bahkan menyatakan jika saat ini kekuatan laut China ‘sudah sulit dilawan’ oleh AS.
Hingga perkembangan terkini kekuatan AL China terdiri dari 2 kapal induk, 57 kapal selam, sekitar 1000 kapal perang beragam jenis, dan 235.000 personel AL. Sedangkan US Navy 'hanya' memiliki kapal perang sebanyak 475 unit.
Suatu kekuatan militer AL yang memang sulit ditandingi oleh AS. Apalagi dilawan oleh negara berkekuatan AL yang masih ‘kecil’ seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand, Jepang, dan Indonesia.(*)
Artikel ini telah tayang di Intisati-Online.com dengan judul "Pesawat Pembom Nuklir China Bergentayangan di Atas Laut China Selatan, Indonesia Ternyata Termasuk yang Ikut Terancam"