Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Staf Khusus Presiden yang datang dari kaum milenial lagi-lagi mendapatkan kritikan pedas.
Diketahui sebelumnya Presiden Joko Widodo telah memperkenalkan para staf khususnya.
Presiden Jokowi diketahui telah mengumumkan 13 staf khusus yang akan membantunya bekerja selama periodenya.
Namun nyatanya banyak polemik yang terjadi dalam pengenalan staf tersebut.
Beberapa tokoh menganggap pemilihan para kaum milenial tersebut hanyalah sebagai pajangan belaka.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, komentar pedas tersebut datang dari salah satu tokoh politik, Fadli Zon.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebt meragukan terkait kinerja para milenial tersebut.
Bahkan dirinya secara blak-blakan menduga kaum milenial itu ditunjuk hanya sebagai wijud pencitraan.
"Cuma lipstik saja, pajangan sajalah begitu," kata Fadli di Gedung Lemhanas, Jakarta, Sabtu.
Fadi Zon sendiri memang merupakan sosok kontroversial yang sering diterpa kabar tak sedap.
Sebelumnya nama Fadli Zon pernah diterpa isu melakukan perselingkuhan dengan janda satu kadernya.
Kabar tersebut heboh pada 2018 lalu dimana beredar chat diduga Fadli Zon dengan seorang wanita.
"Ya ini kan isu hoaks ya, isu hoaks atau fake news. Saya sudah dengar ini dari beberapa waktu lalu. Saya tidak mau menanggapi fake news, "ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (24/5/2018) seperti dilansir Tribunnews.com.
Menurut Fadli, hoaks tersebut bertujuan untuk membunuh karakternya. Ia mengatakan pembunuhan karakter dengan menyebarkan hoaks pribadi seseorang merupakan cara-cara PKI.
"Jadi sekali lagi itu cara cara PKI untuk melakukan pembunuhan karakter. Itu hoaks dan fitnah,' katanya.
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun juga seaakan memberikan pendapat yang sama.
Diketahui para staf milenial tersebut nantinya akan mendapatkan gaji senilai Rp 51 juta perbulan.
Refly kemudian mengatakan kalau gaji tersebut tidak sebanding dengan pekerjaan mereka yang nantinya tidak seberat yang orang-orang kira.
"Pekerjaan mereka hanya memberikan opini dan pendapat saja,"
"Kalau hanya itu, lebih baik Presiden dibantu ahli-ahli yang tak diikat jam kerja, cukup diikatkode etik, tidak perlu diberikan kompensasi puluhan juta," kata Refly di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (24/11/2019).
Para staf tersebut memang nantinya tidak bekerja secara penuh di Istana Negara.
Baca Juga: Putri Semata Wayangnya Ngaku 11 Kali Pacaran, Ibunda Kekeyi: Oh No, Bohong Itu!
Meski begitu, gaji Rp 51 juta per bulan itu tetap akan mereka terima sebagai hak dan sudah tercantum di dalam Peraturan Presiden.
Aturan soal gaji itu tercantum di dalam Peraturan Presiden Nomor 144 Tahun 2015 tentang Besaran Hak Keuangan bagi Staf Khusus Presiden, Staf Khusus Wakil Presiden, Wakil Sekretaris Pribadi Presiden, Asisten dan Pembantu Asisten.
Gaji sebesar itu disebutkan merupakan total dari gaji pokok, tunjangan kerja, dan tunjangan pajak penghasilan.
Mendapatkan banyak komentar negatif, salah satu staf Presiden dari kaum milenial itu kemudian memberikan tanggapannya.
DIkutip Gridhot dari Grid.ID, Angkie Yudistia yang menjadi salah sau staf khusus presiden terpilih menyampaikan melalui Instagramnya kalau pekerjaannya bukanlah hanya pemanis saja.
"Kalau tanggapan bahwa Staff khusus ini akan menjadi pemanis saja nantinya, saya rasasih tidak ya," tulisnya.
"Kita terbiasa think, research, action, evaluation, monitoring dan kita sangat terbiasa untuk berinisiatif tanpa diingatkan oleh bapak presiden," tambahnya.
Angkie menambahkan kalau timnya sudah biasa bekerja di bawah tekanan.
Bahkan sebelum terpilih mereka sudah menyiapkan programnya masing-masing yang nantinya menunggu diapprove.
Bidang pendidikan masing-masing staf yang sangat tinggi juga menjadi dasar utama cara bekerja mereka.
"Karena pendidikan kami yang membawa kami berusaha kerja dengan maksimal. Kami berusaha untuk menghasilkan Action results dengan berkualitas," tuturnya.
"Apabila masih ada kurangnya, itu karena kami sedang berproses di dunia yang selalu serba baru ini. Ijinkan kami untuk terus belajar yah," tandasnya.
(*)