Tapi, melihat begitu banyak titik kemacetan, kami jadi was-was, jangan-jangan terlambat tiba di tujuan. Umpatan dalam hati kami seragam, salah sendiri bangun kesiangan! Saya yang kebagian tugas mengemudi jadi sadar, perlu sedikit kenekatan dan keterampilan ala pembalap.
Detektor metal seperti di bandara
Setelah meliuk-liuk menerobos kemacetan, mobil pun sampai di kawasan Menteng.
Ketegangan belum reda ketika kami dapati banyak jalan yang ditutup, dipersempit dengan pagar kawat berduri, atau dijaga aparat keamanan berseragam dan bersenjata lengkap.
Di setiap sudut jalan terdapat petugas keamanan yang rasanya selalu mengamati.
Betapa groginya kami mengetahui Jln. Kamboja, akses langsung menuju Jln. Cendana, ternyata ditutup.
Saya putar haluan menuju Jln. Tanjung untuk berbelok ke Jln. Cendana dalam jalur satu arah.
Di ujung jalan itu kami berhenti dan melapor kepada sekitar lima anggota keamanan bersenjata lengkap. Kami pun dipersilakan memasuki Jln. Cendana yang terlihat lengang.
Petugas mengingatkan agar saya memarkir mobil di sisi kira, tepat di depan paviliun di sayap kanan kediaman Pak Harto yang dijadikan pos keamanan.
Di pos yang dijaga tiga petugas berbaju safari itu kami melapor dan meninggalkan kartu identitas.
Sambil lalu saya melihat jam dinding, ternyata waktu menunjukkan pukul sembilan. Kami tepat waktu!
Kemudian kami diantar masuk ke halaman rumah Pak Harto melalui pintu yang dilengkapi alat deteksi logam seperti lazim terdapat di bandara.
Sampai di teras samping, dua anggota keamanan tak berseragam memeriksa bawaan kami, termasuk kamera foto saya.
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar