Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega
Gridhot.ID - Tahun 2018 lalu, Kementerian Pertahanan menegaskan rencana pemerintah Indonesia membeli 11 unit jet tempur Sukhoi SU-35 dari Rusia tidak terkendala.
Dikutip dari Kompas, kabarnya pesawat Sukhoi tersebut kemungkinan akan tiba di Indonesia pada tahun 2019.
Mengenai rencana pembelian itu, Kemhan telah bersinergi dengan sejumlah kementerian terkait.
Artinya, sejauh ini tidak ada kendala meski terlihat dinamika di lapangan yang menyoal kebijakan tersebut.
Sebelumnya, Amerika Serikat sempat mengeluarkan ancaman embargo terhadap sejumlah negara yang ingin membeli pesawat buatan Rusia.
Kontrak pembelian SU-35 itu dengan spesifikasi "full combat" (persenjataan lengkap) antara Indonesia-Rusia pada Februari 2018.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Totok Sugiharto menepis informasi yang menyebut AS berusaha menekan Indonesia agar tidak membeli Sukhoi dari Rusia.
"Kita tidak ada musuh, kita baik dengan Amerika. Kita juga beli Hercules. Kita juga baik dengan Rusia dan negara-negara lainnya. Jadi kita tidak punya musuh," tuturnyadi Kantor Kemhan, Jakarta, Kamis (9/8/2018).
Tambah Totok, dalam waktu dekat Indonesia berencana membeli 5 unit pesawat angkut jenis Hercules dari AS untuk memperkuat alutsista TNI.
Seperti diketahui jika tak ada aral melintang Indonesia akan kedatangan super flanker Rusia Sukhoi Su-35.
Su-35 sendiri nantinya akan dioperasikan oleh TNI AU.
Melansir dari Grid.ID, Heavy Fighter Su-35 bakal menggantikan F-35 Tiger II yang tergabung dalam Skadron Udara 14.
Itu untuk Indonesia, sedangkan dua negara tetangga utara-selatan, Singapura dan Australia bakal memiliki F-35 Lightning II.
Lantas banyak artikel yang kemudian membanding-bandingkan mana yang lebih baik antara Su-35 vs F-35.
Dengan segala hormat dan tidak bermaksud mengkerdilkan salah satunya, jelas Su-35 kalah dalam beberapa aspek dari F-35.
Melansir f35.com, aspek pertama dan yang paling kelihatan kenapa F-35 tak bisa dibandingkan dengan Su-35 ialah fitur 'Stealth' atau bahasa ilmiahnya Low Observable (LO).
Dengan keunggulan stealth yang sulit diendus radar ini membuat F-35 sukar ditembak jatuh lantaran Radar Cross Section (RCS) nya amat kecil.
Ini berarti juga F-35 bisa diaplikasikan sebagai pesawat pengintaian.
Kedua, F-35 menganut pakem First Look, First Shoot, First Kill
Jika kalian tahu F-35 mempunyai kecepatan dan manuver tak signifikan itu ada sebabnya.
Kenapa? hal ini digantikan dengan sistem avioniknya yang amat canggih.
Contoh saja adanya radar AESA AN/APG-81 yang dapat menjejak targetnya dari jarak amat jauh.
Dengan ini F-35 bisa mengunci lawan terlebih dahulu dan menembaknya dari jarak jauh tanpa harus terlibat dogfight yang membutuhkan manuver ekstrim layaknya Su-35.
Dalam pertempuran barang siapa dapat melihat lawan lebih dulu maka ia mempunyai kesempatan mengeliminasi musuh.
Ketiga, Playmaker pertempuran
Adanya Sistem Target Elektro Optik (EOTS) di moncong F-35 memungkinkan pilot untuk melihat segala sesuatu disekitarnya secara jelas.
Selain bisa mengeliminasi lawan sendiri, F-35 bisa berbagi data pertempuran ke sesama kawan baik dilaut, darat dan udara.
F-35 bisa membagikan data macam target sasaran, jumlah musuh, hingga memandu rudal yang diluncurkan dari platform kapal, sistem pertahanan udara maupun dari jet tempur kawan.
Hal ini dapat memperbesar keberhasilan misi dan memperkecil jumlah korban bagi kawan.
F-35 bagaikan playmaker dalam sepak bola yang bisa mengkreasikan serangan, mengatur ritme permainan maupun membuat gol sendiri.
Melihat ketiga faktor di atas memang patut disematkan jika F-35 adalah jet tempur yang hanya bisa dilawan jika musuh sama-sama mempunyai sistem pertahanan udara terintegrasi.
(*)