"Kondisinya sangat memprihatinkan dan penuh sengsara," tutur Wangku.
Wangku menjelaskan, keluarga ini selalu berada di dalam rumah.
Selain tetangga sekitar, beberapa kali suster atau petugas dari Paroki mengantar beras untuk dimasak. Beberapa kali Martinus mendapatkan uang dari warga.
Uang itu digunakan untuk membeli sayuran dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
"Masakan nasi dan sayur dari Bapak Martinus sangat enak untuk mereka makan bertiga," ujar Wangku.
Tuna netra sejak kecil
Wangku menjelaskan, dari berbagai cerita tetangga, Martinus mengalami tunanetra sejak lahir.
Beberapa tahun silam, Martinus pernah dirawat di salah satu panti di Kupang serta dilatih kepekaan. Ia dilatih untuk bisa meraba uang atau benda lainnya di panti tersebut.
Setelah memiliki keterampilan itu, Martinus pulang ke Kampung Mano Nancang dan menetap di kampung tersebut.
Ia kemudian menikah dengan Paulina.