Saat musim penerimaan santri baru, ia mengaku mampu menjual ratusan lemari kecil serta lebih dari seribu meja lipat.
"Lemari itu bisa 150 lemari. Kalau meja kecil tahun kemarin habis seribu," ujarnya pada 17 Juni 2019 silam.
Selain Ali, sejumlah pedagang baju muslim yang membuka lapak di sepanjang jalan menuju pondok pesantren juga turut ketiban rezeki.
Erwin salah satu pedagang baju gamis mengaku mendapatkan omzet besar saat pertemuan wali santri seperti saat ini. Dia mengaku mendatangkan baju gamis dari Surabaya dan Jakarta untuk dijual.
"Ramai, ini pertemuannya se Asia Tenggara. Banyak santrinya. Tahun kemarin omset bisa Rp 150 juta selama kegiatan," katanya.
Desa Temboro sejak puluhan tahun silam memang terkenal dengan julukan Kampung Madinah.
Julukan tersebut muncul karena pakaian yang digunakan oleh penduduknya seperti pakaian masyarakat Arab.
Pria menggunakan busana jubah dan penutup kepala, sementara perempuan menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian warna gelap dan sebagian besar menggunakancadar.
Gaya busana tersebut telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari warga Desa Temboro.
"Berpakaian seperti itu karena orang sini pendidikan agamanya kuat. Mereka mengamalkan ilmunya itu," ujar Kepala Dusun Temboro, Ulul Azhar kepada Kompas.com.