Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kehabisan Peluru Gara-gara Digempur Habis-habisan, Kompeni Nekat Pakai Kotoran Manusia Sebagai Amunisi Meriam Terakhir Mereka, Pasukan Mataram Sampai Mundur Dibuatnya

None - Selasa, 24 Desember 2019 | 18:13
Ilustrasi peperangan kerajaan Mataram
via Intisari

Ilustrasi peperangan kerajaan Mataram

Bahkan Raffles di dalam bukunya yang terkenal "History of Java" (Jilid II, 1817, him. 154) menceritakan bagaimana keadaan Belanda dalam benteng Maagdelijn itu kehabisan peluru sehingga mereka lalu menggunakan batu dan benda-benda keras lainnya sebagai isi meriam, untuk kemudian ia mengatakan:

Baca Juga: Dapat Lampu Hijau dari DPD RI, Pemekaran Papua Sudah di Depan Mata, Nano Sampono Sebut Bumi Cendrawasih Idealnya Jadi 7 Provinsi

"… even this resource failed; and as a last expedient, bags of the filthiest ordure were fired upon the Javans whence the fort has ever since borne the name of Kota Tahi...." (" bahkan alat inipun gagal; dan sebagai usaha terakhir, berkantung-kantung kotoran ditembakkan ke arah orang-orang Jawa sehingga sejak saat itu benteng tadi bernama KotaTahi ..").

Dengan keterangan Raffles itu kita sudah sampai pada kunci persoalan: benteng Holandia atau benteng Maagdelijn atau, katakan saja, salah satu bagian kota Batavia pernah mengalami serbuan hebat dari pasukan Mataram yang menyebabkan Kompeni terpaksa menggunakan kotoran manusia sebagai peluru, sehingga sejak saat itu daerah tersebut lalu dikenal dengan nama Kota Tahi.

Bekas benteng jadi tempat sampah

Kalau demikian halnya, maka apa yang diuraikan oleh dongeng-dongeng tersebut di atas benar semua! Tapi apakah benar bahwa "episode kotoran manusia" itu langsung menyebabkan bagian kota tadi memperoleh nama sedemikian?

Baca Juga: Ngemis-ngemis Cinta pada Pegawai Bank Mandiri, Siwi Sidi Sampai Hadang dan Berdiri di Depan Mobil FH, Tak Punya Urat Malu Usai Kepergok Jadi Selingkuhan Heri Akhyar

Setelah perang selesai, Kompeni mulai lagi memperkuat pertahanannya yang dirasa masih lemah. Dalam laporan-laporan VOC sesudah tahun 1630 disebut-sebut tentang diperkuatnya benteng "Buren", yang letaknya di sudut paling luar sebelah Tenggara. Jadi benteng Hollandia kita sudah berganti nama menjadi benteng Buren.

Selanjutnya, pihak Kompeni mulai merasakan gerakan-gerakan berbahaya dari pihak Banten yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683) . Karena itu maka bermunculanlah benteng-benteng di bagian Barat kota Batavia.

Sedangkan bagian Selatan kota mulai ditinggalkan dan benteng Buren dijadikan gudang peluru di bawah komandan Sersan Hendrik Maats-land. Dan dalam surat-surat VOC sesudah tahun 1656 disebut-sebut tentang sebuah gudang peluru di benteng Maatsland. Jadi untuk kesekian kalinya benteng Holandia berganti nama pula.

Sejak tahun 1665 benteng Maatsland dinyatakan berbahaya karena hampir runtuh, sehingga ditinggalkan sama sekali. Sementara itu bagian Selatan kota Batavia semakin ramai dengan bermunculannya rumah-rumah, warung-warung dan pabrik-pabrik arak milik Cina.

Baca Juga: Seharusnya Jadi Musuh Amerika Serikat Gara-gara Beli Senjata Rusia, Indonesia Justru Lolos dari Jerat Embargo Negara Paman Sam, Donald Trump Sampai Marah Meski Alasannya Masuk Akal, Ini Penyebabnya

Source : intisari

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x