GridHot.ID - Setiap tanggal 26 Desember, Wartawan Serambinews.com bernama Muhammad Idris (36) selalu berkunjung ke Kajhu, Kecamatan Baitussalam, untuk melakukan doa bersama.
"Kali ini saya bersama istri saja ke Kajhu, abang sempat ikut tidak,” tanyanya kepada Yusmandin Idris yang juga wartawan Serambinews.com, Rabu (25/12/2019).
Kunjungan ke Kahju, selain berdoa di pertapakan rumah juga mengenang musibah Tsunami Aceh.
Musibah yang merenggut nyawa kakaknya yang bernama Zawiyah Idris, kakakiparnyayang bernama Amiruddin Idrus, dan adik kandungnya yang bernama Naslimah.
Muhammad Idris menuturkan, saat musibah terjadi, Zawiyah dan keluarganya tinggal di Kajhu, Kecamatan Baitussalam.
Waktu itu Zawiyah mengatakan kepadanya, agar dirinya tinggal di rumah saja.
Sedangkan Naslimah, adik kandungnya mengingatkan agar dirinya memperbaiki sepedanya.
Selain berbicara dengan Muhammad panjang lebar, Zawiyah juga meminta Yusmandin Idris untuk mengirim jeruk, pukat, dan lainnya dari Takengon ke Banda Aceh.
"Kalau pulang abang bawa pulang jeruk, pukat dan sayur-sayuran dari Takengon ya, kami menunggu kiriman abang ke Banda Aceh," ujar Yusmandin Idris mengingat-ingat ujaran Zawiyah.
Keesokan harinya, 26 Desember 2004, semua orang dibangunkan oleh gempa dahsyat menguncang.
"Pertemuan dengan Kak Zawiyah, suami serta anak-akanya dan mertua merupakan pesan dan pertemuan terakhir malam itu," ujar Muhammad Idris.
Malam harinya, dengan sepeda motor Honda Cup 700, Muhammad Idris berusaha menerobos ke Kajhu tapi tetap tidak bisa.
Pagi harinya, Yusmadin Idris berkumpul bersama teman-temannya, yaitu Zulkifli (Sopir Serambi), Tarmizi (mantan karyawan Serambi), dan seorang lainnya, untuk mendengar berbagai kejadian di Banda Aceh dari Kantor Biro Serambi Bireuen.
Mereka lalu sepakat berangkat ke Banda Aceh, satu orang bertugas mencari mobil sewaan atau pinjam, satu orang bertugas membeli minyak, satu orang membeli makanan dan satu orang sebagai sopir.
Sebelum berangkat, Yusmadin Idrismengingatkan istrinyaagar keluarga di Peureulak dan Bireuen tidak berangkat ke Banda Aceh
Mereka berempat berangkat ke Banda Aceh sekitar pukul 16.00 WIB dengan mobil sedan pinjaman. Tiba di kawasan Simpang Surabaya Banda Aceh,sekitar pukul 22.00 WIB.
Dengan tekad, mereka terus bergerak ke Darussalam dan langsung ke tempat pemondokan keluarga lainnya.
Setiba di Lampoh U Darussalam, mereka memutuskan berpencaruntuk bertemu lagi keesokan harinya.
Sekitar pukul 24.00 WIB, Yusmadin Idris bertemu dengan Muhammad Idris yang sedang memperbaiki sepeda motor di kawasan Tanjong Selamat, Darussalam.
Saat Yusmadin Idris bertanya pada Muhammad Idris mengenai keadaan Zawiyah, Muhammad Idris langsung menangis.
Muhammad Idris mengatakan bahwa dirinya belum tahu keadaan kakaknya tersebut.
Namun, Muhammad Idris mengatakan, dia sempat bertemu dengan Yusmawati (adik ipar Yusmadin Idris) beserta adiknya yang bernama Husna Rahmi.
"Di Kajhu tidak bisa lewat dan rusak parah, rumah hancur dan tidak bisa kita lewati sama sekali,” at mengarahkan Yusmadin ke masjid kampus, tempat ratusan orangmengungsi.
Yusmadin Idris dan Muhammad Idris akhirnya bertemu dengan Yusmawati dan Husna Rahmi di masjid kampus sekitar pukul 01.00 WIB.
Setelah itu, mereka berpisah, Yusmawati, Muhammad Idris, dan Husna Rahmi tetap di masjid.
Sementara, Yusmadin Idris pulang ke Lorong Teungoh Darussalam.
Kemudian, pukul 09.00 WIB, Yusmadin Idris berkumpul kembali dengan kawan lainnya sesuai janji kemarin.
Saat itu, semuanya saling mengabari keadaan kerusakan.
Sekitar pukul 10.00 WIB, ibu Yusmadin Idris tiba di Darussalam dengan mobil dari Peureulak bersama sejumlah rombongan lainnya.
Mereka kemudian berpencar untuk mencari Zawiyah.
"Beruntung mamak datang, andainya tidak datang dan tidak melihat kondisi kerusakan mungkin kita dipersalahkan tidak mencari kakak dan anak-anaknya,: ujar Muhammad Idris.
Saat keliling kawasan Darussalam, mereka berjumpa Fauzi (karyawan bidang Layout Serambi) yang sedang kebingungan membawa kereta sorong berisi mayat istrinya.
Beberapa saat kemudian, mereka bertemu Asnawi (Wartawan Serambi) di jembatan Lamnyong, Darussalam.
Karena tak juga menemukan hasil, mereka memutuskan untuk membawa keluarga yang masih ada pulang ke Bireuen dan Peureulak.
Usaha pencarian Zawiyah dilakukan berkali-kali dengan menelusuri tempat pengungsian di sepanjang jalan Bireuen-Banda Aceh.
Namun hingga kini tak jua ditemukan.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul "Kisah Wartawan Serambi Cari Adik Usai Tsunami, Jumpa Rekan Kantor Bawa Mayat Istri di Kereta Sorong"
(*)