Sementara itu, Djibouti, tempat markas utama militer AS, tampaknya juga akan menyerahkan kendali atas pelabuhan ke perusahaan Beijing.
Maret 2018, mantan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson mengatakan bahwa Beijing melakukan praktik peminjaman predator dan transaksi korup untuk menjadikan negara-negara kecil terbelit utang yang kemudian melemahkan kedaulatan mereka.
Disinyalir, diplomasi jebakan utang ini bahkan telah meluas hingga ke Pasifik.
Beijing membuat pulau-pulau buatan manusia di Laut Cina Selatan yang mana hal itu dikhawatirkan akan digunakan sebagai pangkalan militer.
April 2018, China mendekati Vanuatu, negara kepulauan di Samudra Pasifik selatan untuk mendirikan pangkalan militer.
The Timesmelaporkan, secara efektif, China akan meningkatkan kehadiran militernya di pintu gerbang utama ke pantai timur Australia.
Salah satunya adalah pembangunan dermaga terbesar di Pasifik Selatan yang dianggap mampu mengakomodasi kapal induk.
Lembaga think tank Lowy Institute Sydney, yang telah memantau secara dekat kegiatan-kegiatan China di Pasifik, memperkirakan Beijing telah menggelontorkan hampir 1,4 miliar poundsterling atau setara dengan Rp 27 Triliun ke negara-negara Pasifik sejak 2006.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Cara China 'Menjajah' Negara-negara Lain: Beri Pinjaman yang 'Mustahil' Dilunasi"
(*)