Sebab, di sana beridri institut pendidikan politik Angkatan Baru Indonesia dalam zaman Jepang. Direkturnya Wikana.
Guru-gurunya merupakan tokoh-tokoh pergerakan seperti Bung Karno, Hatta, Syahrir, Moh. Yamin, Soebarjo, Iwa Kusumasumantri. Sementara pelajaran yang diberikan, yakni pelajaran Hukum, Filsafat, Sosiologi, Sejarah Politik, Ekonomi.
"Di situlah saya mendapat pendidikan politik yang lebih sistematis," sambungnya.
Ditambahkannya pula sejak saat itu, Bung Aidit mengenal perbedaan Soekarno dan Hatta.
Bung Karno seorang intelektual yang mengintegrasikan diri dengan massa rakyat yang percaya akan massa aksi. Dengan indoktrinasi dan agitasi menerapkan ide-ide ilmiah kepada massa.
Melopat ke tangga 15 Agustus 1945 itu, Bung Aidit mendengar berita Jepang sudah kalahdari seorang wanita Indo.
Sore harinya di gedung Menteng 31, berkumpul kira-kira 13 pemuda dipimpin oleh Chairul Saleh. Serentak semuanya sepakat, 'Sekarang juga merdeka!'.
Untuk itu dibutuhkan pimpinan, kalau tidak akan terjadi kekacauan. Juga harus dijaga jangan sampai pemimpin-pemimpin yang patriotik diserahkan sebagai inventaris Jepang kepada Sekutu.
Empat pemuda diutus rapat menghadap Bung Karno. Mereka adalah Suroto Kunto, Aidit, Subadio Sastrosatomo, dan Wikana, yang bertindak sebagai juru bicara.
Mula-mula terjadi perbedaan pahamhingga akhirnya pada 17 Agustus 1945, pukul 10 pagi, di gedung Pegangsaan Timur 17, proklamasi kemerdekaan digaungkan.