Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Nama Terawan Agus Putranto kembali ramai dibicarakan publik belakangan ini.
Terlebih sekarang pria yang juga berprofesi sebagai dokter militer ini kini menjabat sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Usut punya usut, dokter Terawan merupakan sosok yang sempat memiliki riwayat kontroversi dalam bidang kesehatan.
Mengutip artikel NOVA yang terbit pada April 2018 silam, Terawan ternyata sempat mendapatkan sanksi pemecataan dari keaggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) selama 12 bulan.
Sanksi tersebut muncul akibat metode 'cuci otak' yang dilakukan oleh Terawan selama ini.
Belakangan ini, Menteri Kesehatan Ini mendapat sorotan usai rumah sakitnya mulai menggunakan perawatan kontroversial untuk stroke yang telah dirintisnya.
Melansir dari sciencemag.org, banyak dokter dan ilmuan yang mengatakan bahwa belum ada bukti soal bekerjanya pembilasan intra-arterial heparin (IAHF) ciptaan dokter Terawan.
Hal ini justru dianggap membahayakan bagi pasien penderita stoke.
Dokter Terawan pun dinilai tidak layak untuk memimpin kebijakan kesehatan di Indonesia.
“Kami benar-benar perlu melindungi pasien kami dan seluruh masyarakat,” kata Irawan Satriotomo, ahli saraf Indonesia yang bekerja di University of Florida.
Rincian tentang IAHF pun agak samar, tetapi merupakan variasi pada prosedur diagnostik yang disebut digital subtraction angiography (DSA), yang digunakan untuk membuat pembuluh darah di otak terlihat.
Dalam DSA, kateter dimasukkan ke dalam kaki pasien dan melewati pembuluh darah otak, dan pewarna kontras disuntikkan yang dapat dibuat terlihat menggunakan pencitraan x-ray.
Sedikit heparin, antikoagulan, disuntikkan untuk mencegah pembentukan gumpalan darah pada kateter.
Dokter Terawan dikenal sebagai ahli Radiologi yang berhasil mengubah alat diagnostik ini menjadi pengobatan dengan menerapkan heparin tambahan untuk menghilangkan gumpalan darah yang mungkin terbentuk selama stroke.
Dia mengembangkan terapi sementara di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto dan dilaporkan telah menggunakannya pada ribuan pasien sejak 2012
Prosedur ini dilakukan untuk mencegah dan mengobati stroke.
Di antara pasiennya ada beberapa pengusaha, pemimpin militer, dan politisi terkemuka, termasuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Itu bisa diterapkan, mengapa tidak?" Katanya di sebuah seminar di Denpasar, Indonesia, pada akhir Desember 2019, menurut media berita lokal .
“Yang kita butuhkan sekarang adalah kemauan. Jika kami memiliki kemauan yang kuat, maka kami dapat menemukan dana, ” tambahnya.
Namun, berdasarkan tinjauan pada tahun 2016, lima ahli syaraf Infonesia menyimpulkan tidak ada bukti bahwa prosedur ini efektif dan mengatakan tidak sesuai dengan standar perawatan stroke yang diterima secara internasional dari American Heart Association dan American Stroke Association.
Mereka menunjukkan bahwa prosedur ini memiliki risiko kecil komplikasi neurologis dan nonneurologis, dan risiko kematian 0,05% hingga 0,08%.
Dalam uji klinis pada 75 pasien yang diterbitkan pada tahun 2016 di Bali Medical Journal , Terawan melaporkan bahwa IAHF dapat "secara signifikan meningkatkan kekuatan otot" pada pasien dengan stoke kronis.
Tetapi hasilnya “secara statistik tidak meyakinkan,” kata Rizqy Amelia Zein, seorang aktivis ilmu pengetahuan terbuka dan seorang psikolog sosial di Universitas Airlangga.
Komunitas medis Indonesia telah mencoba untuk menghentikan Terawan sebelumnya.
Pada tahun 2013, atas dorongan Satriotomo, Asosiasi Neurologis Indonesia berbicara keras menentang terapi dalam surat terbuka.
Pada tahun 2018, Dewan Etik Asosiasi Medis Indonesia (IDI) memanggil Terawan untuk rapat untuk menjelaskan karyanya.
Dia tidak muncul, dan dewan mendapati dia bersalah atas empat pelanggaran etika: membebankan biaya besar untuk perawatan yang tidak terbukti, secara salah menjanjikan pasien penyembuhan, promosi diri yang berlebihan, dan tidak bekerja sama dengan dewan.
Baca Juga: Batal Nikahi Anggota DPR, Aktris Ini Pilih Clubbing dan Lepas Hijab Lagi
IDI pun sempat mencabut keanggotaan Terawan selama 1 tahun.(*)
Komentar