John menyadari jarak ke Penang masih jauh, ia dan awak pasrah. John tak menyadari kapal Belanda mengirimkan sandi morse agar "The Outlaw" menyerah.
Akan tetapi, keajaiban kembali turun. Cuaca buruk tiba-tiba saja melanda perairan. Hujan turun dengan sangat deras disertai kabut yang menyelimuti permukaan laut.
Gelombang laut tiba-tiba mulai berkecamuk. Kapal tanker Belanda pun tidak lagi bisa mengejar "The Outlaw" dengan cuaca yang demikian.
Adapun perjalanan mencekam Phuket-Aceh itu juga terus dipantau radio BBC di London.
Penyiar BBC menyebut, "The Outlaw" dengan segala pengalamannya lolos dari sergapan kapal Belanda adalah kejadian di luar nalar.
Pada 30 September 1949 atau tepat satu bulan setelahnya, John dipindahkan ke Bangkok.
Ia ditugaskan di Pos Hubungan Luar Negeri. Tugasnya di darat sama saja, mendapatkan pasokan senjata yang lebih banyak untuk para pejuang di Tanah Air.
John kemudian melanjutkan tugasnya di TNI AL dalam sejumlah misi penting. Mulai dari penumpasan DI/TII Kartosuwiryo, penumpasan RMS hingga PRRI-Permesta.
Pangkat tertinggi John adalah Laksamana Muda, pangkat tertinggi bagi pejuang keturunan Tionghoa di Indonesia.
Pada 27 Agustus 1988, John erpulang ke pangkuan Tuhan. Anak asuh, pengemis, anak jalanan dan gelandangan memenuhi kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat.