Minta Kesediaan BBM
Sebelum diberangkakan, nelayan minta kepada pemerintah untuk disediakan BBM yang terjangkau mengingat jarak tempuh cukup jauh.
Selain itu juga terjaminnya keamanan dari Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI dan TNI AL, karena nelayan asing cenderung berani melawan nelayan Indonesia.
Di samping itu, pemerintah juga perlu menyiapkan infrastruktur lain seperti pelabuhan serta tempat pengolahan ikan yang representatif di wilayah sekitar perairan Natuna.
Sehingga hasil tangkapan ikan bisa segera didistribusikan dan nelayan tidak perlu meninggalkan perairan Natuna terlalu jauh.
"Kalau nelayan Jateng rata-rata sudah dilengkapi freezer sehingga hasil tangkapan bisa langsung dibekukan dibawa ke Jateng. Idealnya memang diproses di Natuna mungkin infrastruktur belum layak. Sehingga dibawa ke Jakarta karena permintaan di Jateng dan Jakarta lebih tinggi. Cumi bisa Rp100 ribu per kilogram," kata Fendiawan Tiskiantoro.
Kesempatan Pakai Cantrang
Nelayan di Kota Tegal antusias untuk diberangkatkan ke perairan Natuna. Bagi mereka ini momen penting untuk mencari ikan sebanyak mungkin. Merasa dibutuhkan pemerintah. Hal ini jadi nilai tawar bagi nelayan untuk mendesak pemerintah agar mencabut aturan pelarangan penggunaan cantrang.
Keuntungan lain dari misi Natuna adalah para nelayan pasti akan difasilitasi. Selama ini dalam berlayar mereka sebenarnya ingin mencari ikan ke mana-mana. Namun terhalang biaya operasional yang mahal khususnya BBM. Maka wajar mereka ingin ada subsidi solar untuk berangkat ke Natuna.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Pertanian dan Pangan Kota Tegal, Noor Fuady mengatakan, rencana pemberangkatan nelayan Tegal ke Natuna sepenuhnya dipegang oleh pemerintah pusat. Pihaknya tidak dilibatkan dalam rencana tersebut. Melainkan hanya mendengar pemberitaan di media.
Sepengetahuannya dari operasi Natuna ini adalah kapal yang dipersyaratkan atau boleh ikut serta minimal bertenaga di atas 30 GT. Untuk ukuran tersebut, Noor Fuady menjelaskan bawah proses perizinannya berada di pusat sehingga dirinya tidak mengetahui data secara pasti.
"Di Tegal ini mungkin ada 300 pengusaha kapal. Masing-masing orang ada yang punya dua hingga tiga kapal. Tapi untuk kapal besar izinnya langsung di pusat sehingga kami tidak punya data pasti ada berapa jumlahnya. Kami mengurusi nelayan-nelayan kecil jarak operasi 4 mil jumlahnya ada 700an nelayan kapal kecil, " ujarnya.
Dulu tahun 2000an nelayan Tegal pernah dikerahkan untuk menjaga perairan di Natuna, menggunakan kapal purse seine. Namun pihaknya tidak mengetahui siapa saja nelayan asal Tegal yang kala itu ikut berangkat.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul "Nelayan Pantura Sudah Siap Dikirim ke Natuna, Tapi Minta Jaminan Keamanan"
Source | : | Tribunjateng.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar