Peluang
Berita dari PT Citramobil Nasional (CN), pengusung merek Bimantara tak banyak beda. Sejak tiga bulan lalu, CN kem-
bali kepada fitrahnya sebagai
pedagang. Logo 'B' milik Bimantara di tiap mobil pun dicopot, berganti jadi 'H'-nya Hyundai. Nama belakang Nenggala pun balik lagi jadi Elantra, sementara Cakra kembali ke Accent. "Memang lebih aman pakai Hyundai. Kalau masih berlabel Bimantara, kadang masih muncul rasa ngeri," gumam Evie, penunggang Accent 1997.
Dan seperti kata pepatah, sekali melangkah, Bimantara bereluang melampaui dua-tiga pulau sekaligus. Sebab, selain menghindari bau Cendana, aksi tadi dipercaya bakal membuat ruang pamer bernapas lega. "Kalau mau jujur, CN mestinya bertindak sejak dua tahun lalu," ucap Wilianto Widjadja dari PT Wira Andrawina Megah, penjual Hyundai di kawasan Sunter. Artinya, sejak awal berdirinya CN, tak ada alasan untuk mengganti nama Hyundai dengan Bimantara.
Apalagi dipasarkannya Bimantara, dengan target menjadi mobnas kedua setelah Timor, dipenuhi ragam intrik politik. "Bisnis murni mestinya tak dicampuradukkan dengan risiko politik," tambah Wilianto. Plus kedudukannya sebagai putra Soeharto, persaingan terselubung dengan Timor dipercaya ikut menyeret CN kena getah tuduhan KKN.
Mestinya CN lebih pede (percaya diri). Nama Hyundai kan sudah menginternasional. Selain itu, menurut hitung-hitungan bisnis, jualan Hyunda sangat menguntungkan. Lantaran pengaruh eksternal mata uang won tidak sedahsyat dolar. Makanya, masih sangat terbuka peluang untuk menjual sedan murah.
Tambahan, transaksi antara ATPM dan mitra Koreanya menggunakan sistem jual putus. Hingga saat ini, Hyundai yang beredar di jalan mencapai 10.000 unit. Beda dengan mobil Jepang yang rada rewel terhadap segala macam perubahan model, mobil Korea lebih easy going. "Kita mau apain aja tuh mobil, nggak ada yang protes," tegas Wilianto.
Suara dari para pedagang tadi diamini Arief G, manajer pemasaran Citramobil Nasional. "Sejak terhentinya proyek perakitan mobnas Bimantara Hyundai Indonesia (BHI) Februari 1998 lalu, kami sudah mulai berpikir kembali menjadi ATPM." Makanya, lelaki ramah ini menolak jika dieliminasinya nama Bimantara semata-mata lantaran menghindari bau Cendana. "Secara bisnis, kami juga ingin survive, kan?" tutupnya kalem.
Sambil menyelam minum air.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Hanya Dapat Warisan Dosa, Perusahaan Mobil Ini Menyesal Sudah Mendompleng Kekuasaan Dua Pangeran Cendana, Simak Pengakuannya.
(*)
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar