Namun, siapa sangka, di balik parasnya tersebut, pria kelahiran Semarang ini murah senyum dan bahkan mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
Di tempat tinggalnya, di Dusun Prigen, Desa Widodomartani, Prianggono mendirikan Panti Asuhan Islam Yatim dan Dhuafa Daarul Qolbbi Pondok Pesantren Tombo Ati, Sleman.
"Asal saya dari Semarang, istri saya yang asli sini," ujar Prianggono saat ditemui di Warung Kongsuu, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Senin (10/2/2020).
Sembari sesekali menyapa ramah tamu yang datang ke warungnya, Prianggono menceritakan tentang perjalanan hidupnya.
Sebelum tinggal di Sleman, Prianggono tinggal di Semarang, Jawa Tengah.
Sejak duduk di sekolah menengah pertama (SMP), Prianggono sudah akrab dengan minuman keras.
"Saya nakal dari SMP, sudah minum, sudah punya tato, jualan obat (pil) koplo juga. Saya dikeluarkan dari SMA itu gara-gara ketahuan membawa pil koplo banyak di dalam tas," ucapnya.
Kehidupannya yang kelam itu membuat Prianggono menjadi preman.
Prianggono selalu mengambil jatah uang dari sejumlah pemilik toko yang ada di salah satu wilayah di Semarang.
"Di Pamularsih ada toko-toko itu, setiap bulan saya mendapatkan jatah. Tapi, ya uang jatah itu habisnya hanya buat minum," ungkapnya.