Hal itu dilakukan setelah ia menemukan benang merah penyebab banyaknya korban DBD.
"Saya sudah cek langsung, ternyata masyarakat takut datang ke rumah sakit karena tidak punya BPJS," ungkap Willy.
Akibatnya, para penderita DBD baru dilarikan ke rumah sakit saat kondisinya kritis hingga nyawa tak bisa diselamatkan.
KLB
Willy menjelaskan, kasus DBD di Belu sebenarnya sudah bisa ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Namun penetapan belum diberlakukan lantaran pemerintah daerah masih berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan NTT.
"Saya lebih senang KLB sehingga penanganannya lebih cepat dan terkendali dan bisa meminta bantuan pemerintah pusat," katanya.
Mengacu data, terdapat 355 orang warganya dirawat sejak Januari hingga Maret 2020. Lima orang dinyatakan meninggal dunia.
Korban meninggal dunia rata-rata berusia di bawah 10 tahun atau masih anak-anak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Bupate Belu: Pas Saya Datang, Dia Putus Napas, Sedih Sekali.."
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar