Gridhot.ID - Selain virus corona, penyakitdemam berdarah dengue (DBD) juga menjadi keprihatinan.
Sejak Januari hingga 11 Maret 2020, terdapat 17.820 kasus penularan DBD di seluruh Indonesia.
Bupati Belu, Willy Lay pun menceritakan kepedihan hatinya ketika melihat warganya di Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia di depan mata karena DBD.
Peristiwa itu, kata Willy, terjadi pada Kamis (12/3/2020) di RSUD Atambua.
Saat itu Willy tengah menjenguk dan memantau kondisi warganya yang terserang DBD.
Tibalah Willy di ruangan perawatan seorang pasien bernama Maria.
Tak disangka, saat Willy datang, Maria menghembuskan napas terakhirnya di hadapan mata bupati tersebut.
"Pas saya datang, dia putus napas. Kita sedih sekali," kata Willy dengan raut wajah berduka.
Kepergian Maria menambah deretan jumlah korban meninggal dunia akibat DBD.
Maria menjadi pasien ke-5 yang meninggal akibat penyakit tersebut di daerahnya.
Takut ke rumah sakit, tak punya BPJS
Takut ke rumah sakit, tak punya BPJS Menyaksikan sendiri kematian warganya membuat Willy segera bergerak.
Ia mengeluarkan surat edaran pada sleuruh kepala desa, lurah, camat dan instansi lainnya.
Surat edaran berisi perintah membawa warga yang menderita demam ke puskesmas atau rumah sakit tanpa dipungut biaya.
"Semua pasien yang datang berobat tidak usah bayar. Gratis dulu, supaya mereka tidak takut datang. Ada BPJS atau pun tidak, tetap harus ditangani," ungkapnya.
Hal itu dilakukan setelah ia menemukan benang merah penyebab banyaknya korban DBD.
"Saya sudah cek langsung, ternyata masyarakat takut datang ke rumah sakit karena tidak punya BPJS," ungkap Willy.
Akibatnya, para penderita DBD baru dilarikan ke rumah sakit saat kondisinya kritis hingga nyawa tak bisa diselamatkan.
KLB
Willy menjelaskan, kasus DBD di Belu sebenarnya sudah bisa ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Namun penetapan belum diberlakukan lantaran pemerintah daerah masih berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan NTT.
"Saya lebih senang KLB sehingga penanganannya lebih cepat dan terkendali dan bisa meminta bantuan pemerintah pusat," katanya.
Mengacu data, terdapat 355 orang warganya dirawat sejak Januari hingga Maret 2020. Lima orang dinyatakan meninggal dunia.
Korban meninggal dunia rata-rata berusia di bawah 10 tahun atau masih anak-anak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Bupate Belu: Pas Saya Datang, Dia Putus Napas, Sedih Sekali.."
(*)