“Awalnya diusulkan ada rumah yang jauh dari pemukiman penduduk untuk dijadikan tempat karantina mandiri, tapi karena kondisi rumah sudah lama tak digunakan sehingga tidak jadi di rumah dan mereka pindah ke lokasi yang dekat dengan sungai,” katanya.
Untuk menjaga agar para pemuda yang baru pulang dari rantau itu sehat dan mendapat tempat isolasi yang memadai, pihak kecamatan kemudian menyerahkan dua unit tenda lengkap dengan tempat tidur yang didirikan di dekat sungai hutan Desa Jalin.
“Dua tenda pramuka yang ada di kantor saya pinjamkan, kemudian untuk penerangan orang tua mereka menyiapkan genset, satu tenda untuk orangtua mereka yang mengawasi secara bergantian setiap hari,” katanya.
Selama enam hari mengisolasi diri di kawasan hutan Desa Jalin, Aceh Besar mereka dalam kondisi sehat.
Bahkan, para pemuda itu menikmati karantina mandiri layaknya sedang berkemah.
“Orang tua para pemuda itu setiap hari memberikan laporan kepada kami. Mereka menikmati selama isolasi mandiri, setiap hari malah mengisi waktu menjaring ikan di aliran sungai itu,” ucapnya.
Kembali dari daerah penularan Covid-19 harus melakukan karantina mandiri.
“Inisiatif mereka itu bagus, daripada di kampung dianggap pembawa virus lebih baik mereka mengisolasi diri bersama di hutan, kemudian mereka pun di sana satu tempat kerja, awalnya ada 11 mereka, tapi tiga orang lagi sudah dijemput keluarga dan melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing,” ujarnya. (*)