Biji kluwih itu digodok, dan sebagai pengganti sarapan. Barulah siang harinya, keluarga itu makan nasi.
Terkadang mereka dikasih makan, juga lauk dari tetangga.
"Dua hari sarapan isi kolor. Alhamdulillah, ini dikasih beras. Tadi juga ada orang tua yang tidak saya kenal, ngasih saya uang Rp 20.000. Bisa beli isi ulang gas," ujarnya sambil meneteskan air mata.
Triyata hanya berharap, dirinya bisa terlepas dari jeratan utang 'bank thitil'.
Dirinya masih memiliki tanggungan sebesar Rp 7,8 juta.
Dia berjanji, jika bisa terlepas dari jeratan 'bank tihtil' itu, dia tidak akan ngutang lagi ke mereka.
Selain itu, dia juga ingin mendapatkan bantuan peralatan tambal ban untuk anak keduanya.
Jika anaknya bisa membuka sendiri usaha tambal ban, dia yakin akan ada pemasukan untuk keluarga itu meskipun hanya Rp 20.000 per hari.
Penghasilan itu diharapkannya bisa menyambung hidup.
"Itu impian saya. Saya sampai pernah berpikir untuk bunuh diri. Tapi sama tetangga, saya dimarahi. Dosa."
"Saya berharap ada bantuan, terutama kompresor dan alat tambal ban untuk anak saya," pungkasnya.
Source | : | SuryaMalang.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar