Buah Simalakama, Menengkurapkan Tubuh Bisa Selamatkan Nyawa Pasien Corona Tapi Juga Banyak Resikonya, Ini Alasannya

Sebuah studi oleh komunitas pakar kesehatan, American Thoracic Society, mendapati bahwa pasien yang tidak pernah ditempatkan dalam kondisi tengkurap memiliki kapasitas ekspansi paru yang lebih buruk, dibandingkan dengan mereka yang berbaring seperti biasa.

Baca Juga: Corona Masih Mewabah, Hong Kong Jadi Wilayah Pertama di Dunia yang Nekat Laksanakan Ujian Akhir Sekolah, Siswa Masih Takut Lihat Angka Kasus yang Belum Menurun

Studi ini berdasarkan pada 12 pasien dengan ARDS parah terkait Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Jinyintan di Wuhan, China, pada bulan Februari.

Teknik berisiko

Tetapi meskipun tampak seperti prosedur sederhana, proning disertai dengan komplikasi potensial.

Menengkurapkan pasien perlu waktu dan perlu sejumlah tenaga profesional berpengalaman.

Baca Juga: Ogah Dikarantina Meski Hasil Rapid Test Tunjukan Positif Corona, Anggota DPRD Bangkalan Nekat Pergi ke Kantor, Tim Gugus Tugas Covid-19 Langsung Turun Tangan

"Itu tidak mudah. Empat atau lima orang diminta untuk melakukannya secara efektif," kata Dr. Galiatsatos.

Ini mungkin terbukti sulit di rumah sakit yang kekurangan staf dan berjuang dengan peningkatan eksponensial dalam penerimaan Covid-19.

Rumah sakit Johns Hopkins, menurut Dr Galiatsatos, telah membentuk tim yang didedikasikan untuk melakukan proning, sebagai respons terhadap peningkatan jumlah pasien virus corona.

"Jadi, jika pasien Covid-19 berada di unit perawatan intensif yang para stafnya tidak terbiasa dengan prosedur semacam ini, mereka [staf] dapat memanggil tim spesialis yang akan menempatkan pasien dalam posisi tengkurap."

Tetapi mengubah posisi pasien juga dapat memiliki serangkaian komplikasi.