Produsen tersebut mengklaim mereka sudah di tahap uji klinis.
"Tapi kan tentunya pertama kita juga harus punya kemampuan untuk belajar membuat vaksin. Paling tidak sampai prototipenya yang kemudian nanti diproduksi. Kita masih meminta kalau mereka mau 'clinical trial' (uji klinis) di Indonesia, kita ingin pengembangannya bersama," ujarnya.
Menristek Bambang menuturkan jika ada suatu negara yang berhasil menemukan vaksin sebelum Indonesia menciptakan vaksinnya sendiri, yang paling penting adalah Indonesia tidak semata-mata menjadi pembeli vaksin itu.
Baca Juga: Suruh Jokowi Beli Obat Corona dari Amerika, Hotman Paris: Ayo Pak, Saya Mau Dansa ke Bali!
Tapi vaksin itu harus bisa diproduksi Indonesia melalui PT Biofarma, sehingga tidak menyebabkan ketergantungan pada pihak luar dalam memperbanyak vaksin sesuai kebutuhan dalam negeri.
"Strategi terbaik adalah kalau vaksin itu sudah ditemukan ya mau tidak mau kita harus membeli vaksin yang siap diproduksi. Tapi produksinya harus bisa dilakukan di Indonesia supaya kita bebas, kita mau produksi berapa sesuai dengan kebutuhan kita.
Tapi jangan sampai kita 'membeli begitu saja begitu saja'. Karena 'membeli begitu saja' riskan, kita mungkin tidak bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan," tuturnya.
Menristek Bambang mengatakan kemungkinan paling cepat pengembangan vaksin dalam jangka waktu satu tahun.
Source | : | Kompas.com,Antara |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar