Setelah itu Eli dipanggil secara khusus oleh dinas Mossad untuk menjalani pendidikan khusus di Angkatan Udara Israel sebagai juru tulis di bagian logistik.
Lebih dari itu Eli dibekali pendidikan khusus intelijen seperti teknik mengemudi super cepat, sabotase, menembak dengan senjata tajam khusus, penyamaran, meloloskan diri, dan sebagainya.
Eli direkrut Mossad juga bukan tanpa pertimbangan. Ia dinilai punya IQ sangat tinggi, berdaya ingat kuat, menguasai tiga bahasa, Inggris, Perancis dan Arab.
Yang paling penting ia tidak ember atau gampang membocorkan rahasia.
Cohen juga punya kemauan dan daya juang kelas baja, walaupun tampilan luarnya tampak sangat rendah hati dan sederhana.
Usai mengikuti pendidikan khusus dan keras di Mossad, ia dikirim ke Buenos Aires, Argentina.
Ia diberi tugas menyamar sebagai imigran Suriah, di sana misi Eli berhasil.
Ia bisa diterima berbagai kalangan di Argentina mulai dari politisi, diplomat, hingga pejabat militer.
Tak hanya oleh kalangan Argentina semata, Eli bahkan bisa berkawan sangat erat dengan Kolonel Amin Al-Hafiz pendukung Partai Baath yang kelak menjadi Presiden Suriah (1963-1966).
Baca Juga: Kabar Bahagia, MUI Perbolehkan Warga Salat Idul Fitri di Tanah Lapang, Begini Syaratnya