Tetapi Dirk Pfeiffer, profesor kedokteran hewan di City University Hong Kong, memperingatkan bahwa penelitian ini masih jauh untuk membuktikan trenggiling telah menularkan virus.
"Anda hanya dapat menarik kesimpulan yang lebih pasti jika anda membandingkan prevalensi (dari virus corona) antara spesies yang berbeda berdasarkan sampel yang representatif, yang hampir pasti tidak," kata dia.
Meski begitu, penularan ke manusia melalui pasar makanan masih perlu dibuktikan, tambah Pfeiffer.
Akan tetapi, penelitian terbaru mengungkap hal yang berbeda.
Dilansir dari Kompas.com, analisis genom terbaru yang dilakukan oleh ahli genetika Ping Liu dari Akademi Sains Guangdong, China mengungkap jika trenggiling tak ada hubungannya dengan penyebaran virus corona.
Meski begitu, memahami trenggiling sendiri merupakan bagian yang penting untuk pengembangan pengobatan Covid-19.
Sebab, berdasarkan studi yang dipublikasikan di Frontiers in Immunology, trenggiling memiliki respons kekebalan terhadap virus yang membantunya tetap aman dari penyakit.
Temuan tersebut merupakan hasil dari analisis data genom trenggiling yang dibandingkan dengan mamalia lain seperti manusia, anjing, kucing dan ternak.
Dari analisis tersebut, peneliti menemukan bahwa trenggiling dapat mentoleransi virus corona walaupun mereka tak memiliki antivirus seperti sebagian besar mamalia lainnya.
"Kami menemukan trenggiling memiliki cacat genetik yang berkaitan dalam menangkal beberapa virus, salah satunya mungkin virus corona," ungkap Leopold Eckhart, peneliti dari Medical University of Vienna.