"Saya harus mengorbankan jam tidur, apalagi saat maba, jadwal bisa dikatakan sangat padat, pagi sampai siang kuliah dan sorenya berangkat ke kafe," kenang Sarah.
Bayangkan anak gadis pulang jam 2 pagi sampai 7 pagi harus berangkat. Berangkat juga harus lebih awal karena jarak rumah jauh.
Jaraknya antara rumah dan kampus lumayan jauh. Terkadang Sarah berangkat ke kampus tanpa mandi.
Merintis usaha pertama kali terkadang uang hilang. Ketika memasak di dapur, Sarah tak jarang harus rela uang jualan lenyap. Dia tinggal ke dapur kembali sudah tidak ada. Semua karena Sarah belum memiliki mesin khas atau semua manual.
Dia melakukan learning by doing beberapa tahun. Di Cotton.Inc, ia menjual kembang gula, es krim, dan kopi. Awal es krim dibuatnya dengan diakali karena tidak punya freezer. Ia menggunakan kulkas biasa maka diakalai dengan kemasan kecil- kecil.
Sarah mengemas kecil agar bisa muat di tempat terbatas. Keuntungan kafe nampak sudah lumayan, maka dia putar uang keuntungan buat membeli freezer. Begitu seterusnya, setiap ada keuntungan, dia akan putarkan ke dalam bisnis lagi.
Sampai Sarah mampu membeli neon box untuk berpromosi. Tiap malam, kini, nama kafenya dapat terlihat jelas. Dengan begitu anak muda akan datang dan nongkrong sampai malam. Alhamdulillah, dia bersyukur karena ramai sekali, bahkan kafe Cotton Inc terkenal seantero Malang dan luar kota.
Anak pertama dari tiga saudara yang telah bekerja sangat keras. Enam bulan berlalu, Sarah mulai tau pola bisnis, sampai membangun lebih baik. Dari manajemen sampai organisasi dikembangkan Sarah kembali. Tempatnya semakin banyak diliput sampai mendapatkan banyak pengunjung.
Mendirikan Restoran
Cotton Inc sukses tidak membuat Sarah berhenti. Dia memulai kafe baru bernama Keylabs Cafe. Bila Cotton Inc menspesialkan menu gulali kapas.
Source | : | Warta Kota |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar