Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Tenaga medis selama ini telah berjuang di garda terdepan dalam menangani virus corona.
Tak sedikit dari mereka yang pada akhirnya ikut terpapar bahkan meregang nyawa akibat virus tersebut.
Rata-rata, mereka tertular pasien positif corona yang mereka rawat.
Perjuangan mereka ini tentu layak mendapat apresiasi.
Namun, baru-baru ini di media sosial justru muncul sebuah video yang cukup membuat emosi.
Pasalnya, dalam video tersebut terdapat narasi yang kurang menyenangkan yang ditujukan kepada tenaga medis.
Dilansir Gridhot dari akun Instagram @ndorobeii, wanita tersebut membuat vlog mengenai dunia medis.
Akan tetapi, bukan untuk mengedukasi, wanita ini justru mencak-mencak kepada tenaga medis akibat adanya tagar Indonesia Terserah dan Indonesia Suka-suka Kalian beberapa waktu lalu.
"Aku sendiri ya, dari masyarakat sipil, ya, aah, gak usah banyak gaya kalian! Baru sekarang jerih payah kalian, tenaga kalian dipake berlebih dari sebelumnya. Kalau kalian merasa menyerah, gak mau mengurus masyarakat lagi sebagai medis, ya, Berhenti kalian jadi dokter dan jangan makan gaji dari pemerintah lagi," ucap wanita tersebut.
Bahkan dengan berani ia menyuruh tenaga medis untuk berhenti bekerja saja dan membuang almamaternya.
"Kalian stop! Buang almamater kalian itu. Dengan cara kalian membuang almamater kalian itu, kalian gak makan gaji, kalian bebas, ga ada lagi tuntutan dari masyarakat," tutur wanita dalam video tersebut.
Wanita itu pun lantas menyuruh para tenaga medis untuk menggunakan otaknya.
"Makanya, kalian jadi dokter harus pakai ini," katanya sambil menunjuk pelipisnya yang menandakan menggunakan otak.
Ia pun mengatakan bahwa masyarakat Indonesia sejak dahulu memang bandel, sehingga ia tidak melarang tenaga medis untuk komplain terhadap masyarakat Indonesia.
"Indonesia ini jangan suka komplain kalian sama masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia ini memang bandel, dari dulu seperti itu," tuturnya.
Lantas ia menanyakan pelayanan pihak medis terhadap pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Kalau kah kemarin masyarakat Indonesia butuh bantuan begini-begitu dari pihak medis, kalian perlakukan seperti apa? Pakai BPJS memang kalian bisa terima semuanya? Kalian permasalahkan," imbuhnya.
Ia pun mengatakan tenaga medis dipilih menjadi garda terdepan dalam memerangi pandemi global oleh pemerintah, namun mereka justru mengeluh.
"Sekarang ada aturan dari pemerintah, kalian dipilih sebagai garda terdepan, kepake tenaga kalian berlebih sedikit. Ngeluh-ngeluh kalian," ujarnya.
"Hai! Medis, medis, medis! Pakai ini, jangan makan gaji aja," tambahnya sambil menunjuk pelipis lagi.
Ia pun meminta tenaga medis yang sudah tidak sanggup untuk berhenti bekerja saja dan melepas almamater kebanggaannya.
"Kalau rasanya gak sanggup jadi dokter dan ngurus rakyat Indonesia ini ya, dalam situasi pandemi ini, berhenti aja! Lepas almamater, jangan makan gaji kalian," katanya.
Ia bahkan memberi saran kepada mereka untuk berbisnis saja.
"Usaha bisnis lain di luar sana. Gak usah jadi dokter kalau hidup kalian hanya mengeluh-mengeluh dan mengeluh mengurus masyarakat dan lain-lainnya yang masih membandel. Kalian jangan lupa, ya, Indonesia ini ciri khasnya memang seperti itu," ungkapnya.
Ia pun mengaku kesal ketika melihat unggahan dengan tagar 'Indonesia Terserah' dan 'Indonesia Suka-suka Kalian' beberapa waktu lalu.
"Jangan mengeluh, aku jadi benci. Kesel aku, melihat postingan begini ya, Indonesia Terserah Kalian, Indonesia Suka-suka kalian. Dan sampai aku melihat ya, aku orang Padang, aku sendiri melihat 'Padang Suka-suka Kalian', kita udah capek katanya," ucapnya.
Ia pun mengatakan bahwa ia tidak takut dengan UU ITE yang kemungkinan bisa menjeratnya karena berani menyuarakan pendapatnya ini.
Bahkan dengan berani ia juga mengungkap bahwa ia adalah warga Padang, Sumatera Barat.
"Aku sendiri orang Padang, ya, aku berani bilang aku orang Padang, aku gak takut ada menyalahgunakan ITE apa segala macem aku gak takut, ya" pungkasnya.
Hingga artikel ini ditulis, video ini telah ditonton lebih dari 78 ribu kali.
Meski demikian, belum terdapat klarifikasi dari pihak terkait akan hal ini.(*)