Gridhot.ID - Amerika Serikat sepertinya sudah mulai mengeluarkan armada beratnya untuk mengatasi intimidasi China yang dilakukannya akhir-akhir ini.
Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) telah mengerahkan pasukan kapal selam dalam operasi tanggap darurat di wilayah Pasifik Barat di tengah meningkatnya ketegangan hubungan dengan China.
Pengerahan kapal selam tersebut untuk mendukung kebijakan bebas dan terbuka di Indo-Pasifik.
Tujuannya adalah untuk melawan operasi China di Laut China Selatan.
Untuk itu, AS mengerahkan tujuh kapal selam, termasuk enam kapal selam yang berbasis di Guam, USS Alexandria yang berbasis di San Diego dan beberapa kapal berbasis di Hawaii, akan bergerak dalam satu armada perang.
Komandan Sub-Pasukan Pasifik, Laksamana Muda Blake Converse mengatakan, operasi ini merupakan demonstrasi kesediaan mereka untuk membela kepentingan dan kebebasan navigasi di bahwa hukum internasional.
Kapal selam serangan ini dipersenjatai dengan torpedo dan rudal jelajah Tomahawk dan juga mempu melakukan pengawasan rahasia.
Angkatan Laut AS telah mempertahankan armada kapal perang di Pasifik Barat sebagai untuk kekuatan di kawasan tersebut di tengah meningkatnya ketegangan dengan China di Laut China Selatan dan silang pendapat terkait pandemi virus corona.
AS menuduk China meningkatkan pendudukannya atas pulau-pulau buatan manusia dan menganggu negara-negara lain di tengah upaya mereka menangani krisis covid-19 yang berawal dari Wuhan, China.
Platform intelijen Stratfor mengatakan, AS dan China telah mempertahankan kecepatan operasional yang kuat di Laut Cina Selatan di tengah meningkatnya ketegangan dan covid-19.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan: "Ketika militer AS menangani covid-19 di rumah, kami tetap fokus pada misi keamanan nasional kami di seluruh dunia," ujarnya seperti dilansir Express, pekan lalu.
“Banyak negara telah beralih ke dalam untuk pulih dari pandemi, dan sementara itu, pesaing strategis kami berusaha untuk mengeksploitasi krisis ini untuk keuntungan mereka dengan mengorbankan negara lain.
Esper menuduh Beijing meningkatkan kampanye disinformasi untuk mengalihkan kesalahan atas virus dan melindungi citranya.
Dia mengatakan AS terus melihat perilaku agresif dari Tentara Pembebasan Rakyat di Laut China Selatan, mulai dari mengancam kapal angkatan laut Filipina hingga menenggelamkan kapal nelayan Vietnam dan mengintimidasi negara-negara lain untuk terlibat dalam pengembangan minyak dan gas lepas pantai.
Esper mengatakan dua kapal AS menyelesaikan kebebasan operasi navigasi di Laut China Selatan minggu sebelumnya untuk mengirim pesan yang jelas ke Beijing bahwa kami terus melindungi kebebasan navigasi dan perdagangan untuk semua negara besar dan kecil.
Kapal penjelajah berpeluru kendali USS Bunker Hill melakukan "FONOP" di Kepulauan Spratly, dan kapal perusak USS Barry berlayar dua kali melalui Selat Taiwan dan melalui Kepulauan Paracel di wilayah sengketa yang diklaim Cina sebagai miliknya.
Beijing bereaksi dengan marah terhadap penyebaran Angkatan Laut AS.
Sebuah pernyataan komando militer Tiongkok mengatakan: "Tindakan-tindakan provokatif oleh pihak AS ini telah secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China, sengaja meningkatkan risiko keamanan regional dan dapat dengan mudah memicu insiden yang tidak terduga."
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul AS kirim 7 kapal selam yang dipersenjatai torpedo & rudal tomahawk ke Indo-Pasifik.
(*)