Menurut dia, perdagangan internasional merupakan hal yang wajar karena tiap negara punya keunggulan komparatif dan kondisi agroekologi atau lingkungan wilayah dan iklim yang spesifik.
“Yang harus kita jaga adalah, neraca dagangnya menguntungkan bagi kita," ujar Kuntoro.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, berdasarkan neraca perdagangan komoditas pertanian dengan China tahun 2019, nilai ekspor Indonesia ke negeri tirai bambu senilai 3,89 miliar dollar AS.
Sementara itu, nilai impor produk China ke Indonesia senilai 2,02 miliar dollar AS "Sehingga di tahun 2019 Indonesia mengalami surplus senilai 1,87 dollar AS dari China," kata Kuntoro.
Sementara itu, menurut dia, di periode Januari sampai dengan Maret 2020 saja, Indonesia telah mengalami surplus sebesar 164.000.000 dollar AS dari China untuk komoditas pertanian.
"Untuk volumenya, tahun 2019 sebesar 5,762,987 ton atau naik 49.86 persen dibanding 2018. Khusus sektor hortikultura pun neracanya tumbuh positif hingga 8,25 persen," jelas Kuntoro.
Ia mengatakan, hal tersebut adalah dampak positif penguatan produksi dalam negeri dan membuka akses pasar ekspor yang dilakukan pemerintah.
"Produksi aneka sayuran 2019 mencapai 13,4 juta ton atau naik 2,67 persen dari sebelumnya. Kami sepakat bila inovasi dan upaya pemenuhan kebutuhan nasional, penting dilakukan secara simultan atau bersamaan," jelas Kuntoro.
Dengan demikian, ia berharap, kedepannya pemerintah terus memacu sentra produksi baru berbasis keunggulan wilayah, agar produk pertanian mampu berkembang.