Gridhot.ID - Sedang viral cuitan bernada rasis yang sedang jadi perbincangan di sosial media terutama Twitter.
Inilah pengakuan pemilik akun yang tulis " wanita Jawa cocok jadi pembantu " dan viral di media sosial.
Akun itu telanjur banjir hujatan dari para warganet lainnya karena postingannya yang menyebut " wanita Jawa cocok jadi pembantu ".
Seperti apa pengakuan dan alasannya menulis cuitan itu di Twitter?
Diketahui, sebuah postingan di Twitter yang diunggah pada 31 Mei 2020 viral di media sosial.
Postingan itu adalah milik akun Twitter @doMbengg.
Melansir dari TribunJateng ( grup TribunJatim.com ), dalam cuitannya, pria tersebut membandingkan perempuan Sunda dengan Jawa.
Akun @doMbengg menulis bahwa wanita Sunda ramah dan cocok jadi istri.
Sementara wanita Jawa itu rajin, sehingga cocok jadi pembantu.
"Cewe sunda ramah cocok jadi istri
Cewe jawa rajin cocok jadi pembantu " tulisnya, dikutip TribunJatim.com, Selasa (2/6/2020).
Unggahan ini pun menuai hujatan dari banyak netizen.
Netizen tak terima dengan unggahan pria tersebut.
Melihat hal itu, cuitan itupun langsung dihapus oleh pemilik akun.
Namun banyak netizen yang mencapture unggahan itu dan menyebarkan di platform media sosial lain, seperti Instagram dan Facebook.
Menyadari dihujat oleh banyak orang, pemilik akun @doMbengg pun kembali menuliskan cuitan.
Cuitan itu berisi permintaan maaf dan alasannya.
Ia beralasan tak ada maksud apapun dari unggahannya.
"Twitnya dah aku apus brou, maap ga maksud. Demi apapun," tulisnya pada hari yang sama.
Meski begitu, akun @doMbengg terlanjur membuat warganet marah.
Mereka terus menyerangnya.
@RSompie "Itu bisa kena semua, Mas ke dia. Ini pun minta maaf dia gak tulus, cuma biar gak ribut aja. Tolong bibit rasisme (walaupun dengan cara sehalus 'becandaan' ) jangan didiamkan, Mas."
@Muffty__"gua laporin lu ke humas polri, kita semua anak jawa ga terima lu ngomong gitu, gausah ada kata maaf klarifikasi, pasal 27 uu ITE dah cukup belom buat lu tong?"
@setiozuhdi "Saya boleh ga candain ras & orang tua mu? Kan saya niatnya bercanda.Boleh kah?"
@seng___ "Candaan cringe, candaan pake ngerendahin martabat suku tertentu tu gada lucunya sama sekali"
@iniyukii "Orang sunda ya dari Pulau Jawa mas gimana si (emot tertawa) Pulau Jawa ada beberapa suku yang mendiaminya, contohnya suku sunda (Jawa Baratan), terus suku Jawa, suku Madura, betawi dll (emot tertawa) ada google buat search loooo"
@nagisadyah: "Makanya pngen pansos liat liat dlu bro jngn ngatain cwe jawa persatuan org jawa dmn dmn lho
Seorang netizen Twitter kemudian mengunggah tangkapan layar tweet pria tersebut dan disandingkan dengan empat tokoh perempuan hebat berdarah Jawa"
Seorang netizen Twitter kemudian mengunggah tangkapan layar tweet pria tersebut dan disandingkan dengan empat tokoh perempuan hebat berdarah Jawa.
Mulai dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Di mana keempat perempuan tersebut memiliki darah Jawa.
Tentang Kasus UU ITE
Belakangan, banyak sejumlah kasus dugaan penghinaan dan pencemaran nama baik melalui dunia maya yang terlapornya dijerat UU ITE.
Mengapa ancaman jerat UU ITE menjadi semakin sering terjadi?
Bagaimana menghindari agar tak kena jerat yang sama?
Dilansir dari Kompas.com ( grup TribunJatim.com ), Pegiat bidang privat dan sekuriti digital Yerry Niko Borang mengatakan, dalam banyak kasus, pasal yang paling sering digunakan dalam UU ITE adalah pasal mengenai penghinaan dan pencemaran nama baik.
Ketentuan soal ini tertuang dalam Pasal 27 ayat 3 UU ITE yang menyebutkan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
"Saya rasa ini karena potensi UU ITE sendiri yg bisa sangat luas ditafsirkan. Bahkan ujaran kebencian di UU ITE lebih luas ketimbang yang ditafsirkan soal 'ujaran kebencian' di dalam KUHP sendiri," kata Yerry, saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/10/2019).
Menurut Yerry, meningkatnya kasus terkait pelanggaran UU ITE, menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran publik.
"Dan dalam prosesnya membangun atmosfer semua takut sehingga kritisisme dan potensi ruang demokrasi makin sempit," ujar dia.
Ia mengatakan, semakin banyaknya kasus terkait UU ITE harus menjadi konsen tersendiri.
Yerry menilai, ada beberapa poin di UU ITE, salah satunya pelaporan hanya karena status di media sosial.
Menurut dia, status tersebut bukan dokumen resmi dan hanya saluran pendapat, serta diubah sewaktu-waktu.
"Seharusnya pemerintah bisa mencabut beberapa pasal atau membatalkan lewat Perppu, karena korban makin banyak tiap tahun," kata Yerry.
Bagaimana mencegah agar tak ikut terjerat UU ITE dan tak merasa khawatir untuk berekspresi?
Menurut Yerry, kuncinya ada pada masing-masing individu.
"Memang mau enggak mau, proteksi yang harus dipakai adalah self-censorship. Mungkin harus hati-hati dalam sharing, hati-hati dalam membuat status, hati-hati dalam berkomentar," kata dia.
Cara lainnya, membatasi lingkaran pertemanan di dunia maya.
"Mungkin membuat filter di akunnya hingga mungkin lingkaran pertemanan saja yang dapat melihat dan lain-lain. Memang harus kembali ke orang masing-masing," ujar Yerry.
Yerry mengatakan, dulu, internet dilihat sebagai alat atau perangkat yang dapat membawa perubahan sosial.
Saat ini, internet bak menyimpan banyak "jebakan", terutama bagi mereka yang kurang mendapatkan bekal yang cukup soal literasi digital.
"Ada juga sih, soal kampanye literasi, kampanye digital, atau kita mengimbau orang-orang agar tidak ujug-ujug melapor, bahwa ini kita harus menghargai kebebasan berpendapat. Tapi ini kan susah, karena orang-orang yang melapor juga punya kepentingan sendiri," papar Yerry.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Pengakuan Pemilik Akun yang Tulis 'Wanita Jawa Cocok Jadi Pembantu', Telanjur Viral & Dihujat: Demi.
(*)