"Ia punya senjata nuklir sekarang, ia memang menjadi Kim paling sukses karena ia berhasil lakukan tujuan yang ingin mereka kejar sejak tahun 60-an.
"Alasan mereka ingin punya senjata nuklir adalah mereka tahu jika itu adalah kebijakan jangka panjang yang akan tetap menjaga rezim mereka selamanya.
"Namun menurutku, ia tidak akan menembakkannya karena akan berakhir menjadi kerusakan di Korea Utara.
"Jadi bagus baginya untuk tidak menembakkan dan memulai perang dengan nuklir mereka."
Maret tahun ini, Korea Utara telah lakukan tes misil ke-147 sejak 1984 di bawah kepemimpinan 3 pemimpin.
Kim Jong-Un sendiri telah lakukan 119 tes misil, paling banyak dibandingkan kedua pemimpin sebelumnya dan beberapa tes dianggap ancaman besar bagi Amerika.
John Hyten, pejabat kelas 2 di Pentagon, menyatakan pemimpin Korea Utara kembangkan program misil baru "secepat orang-orang di planet ini".
Ia mengklaim mereka belajar dari kesalahan pihak lain dan mencoba membuat keuntungan dari program misil, yang dia klaim dapat sebabkan bahaya di seluruh dunia.
Walaupun dianggap Amerika sebagai ancaman, Mikul yakin senjata nuklir memiliki arti lebih simbolis bagi Korea Utara.
Jika Kim Jong-Un meninggal, ia takutkan akan lebih banyak risiko muncul dari dalam negara itu karena belum ada "penerus resmi" yang disebutkan.
Jika itu terjadi, akan ada perebutan kekuasaan di antara pejabat tinggi Korea Utara, dan bisa runtuhkan rezim tersebut.