"Dia datang ke sini pada tanggal itu, tanpa membuat jangkauan ke komunitas, dan mengatakan itu untuk persatuan, itu adalah tamparan di wajah," ujar Andrews.
Seorang anggota Kongres Kaukus Hitam menilai rapat Trump di Tusla adalah rasisme yang terbuka.
Menurutnya waktu dan tempat kampanye Trump sengaja direncanakan demikian oleh tim sukses presiden petahana itu.
Bisa jadi rencana ini dimaksudkan agar Trump bisa menggembar-gemborkan keberhasilannya bagi komunitas Afrika-Amerika.
Trump menghadapi kritik yang meningkat, termasuk dari Partai Republik atas responsnya terhadap gerakan Black Lives Matter.
Setelah kematian Floyd dan kemarahan yang memuncak padanya, Trump jadi irit bicara perihak ketidaksetaraan rasial.
Sebaliknya dia kini fokus pada pemulihan hukum dan ketertiban dan mengecam para penjarah di tengah protes.
Anggota pemerintahan Trump, termasuk Ketua Kepala Staf Gabungan Mark Milley turut tidak setuju dengan cara aparat membereskan para demonstran agar Trump bisa berjalan ke gereja.
Diketahui saat itu aparat melakukan berbagai tindakan represif seperti gas air mata hingga kekerasan lainnya demi membuka jalan untuk presiden.
Milley mengatakan pada Kamis lalu, bahwa dia telah membuat kesalahan menemani Trump dalam perjalanan.