Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Diam-diam Saudara Tua Indonesia Ternyata Lebih Terlilit Utang, Jepang Tembus Rp 170.800 Triliun, Padahal Tanah Air Cuma Rp 5000 Triliun, Kok Bisa?

None - Sabtu, 13 Juni 2020 | 20:42
Mata uang Dollar Amerika
futurecurrencyforecast

Mata uang Dollar Amerika

GridHot.ID- Setiap negara tentu memiliki utang.

Tak terkecuali Indonesia.

Berdasar laporan Bank Indonesia, pada akhir April 2018, jumlah utang luar negeri (ULN) berada di angka 356,9 miliar dollar Amerika Serikat (AS)(Rp 5.000 triliun).

Nah, bicara soal hal itu, Jepang ternyatatelah menambah utangnya senilai 2 triliun dollar AS.

Baca Juga: Masih Gesit dan Lincah Berjoget, Begini Penampilan Janda Soekarno, Ratna Sari Dewi di Pesta Ulang Tahunnya, Netizen: Gokil 80 Tahun!

Utang tersebut digunakan untuk membiayai paket stimulus sebagia bantalan perekonomian di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Dilansir dari AFP pada Kamis (11/6/2020), besaran utang Jepang tersebut mencapai 2,5 kali lipat dari keseluruhan Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.

Jepang pun saat ini berupaya untuk mengelola yield surat utang pemerintah pada level yang sangat rendah serta kepercayaan investor tetap tinggi untuk menghindari default.

Baca Juga: 10 Hari Pasca Putus dari Luna Maya, Reino Barack Sempat Beri Hadiah Terakhir untuk Sang Mantan, Rela Lakukan Hal Ini Lantaran Dipaksa oleh Keadaan

Secara keseluruhan, bank sentral setempat Bank of Japan (BoJ) pada akhir 2019 mencatatkan tingkat utang negeri Sakura mencapai 1.328 yen atau setara dengan 12,2 triliun dollar AS (Rp 170.800 triliun dengan kurs Rp 14.000 per dollar AS).

Nilai tersebut setara dengan lebih dari setengah utang Amerika Serikat. Namun demikian, jumlah tersebut jauh lebih besar dari total nilai perekonomian Jepang, setara dengan 240 persen dari PDB negara itu.

Untuk diketahui, tumpukan utang Jepang mulai membengkak pada tahun 1990-an ketika gelembung pasar keuangan dan properti negara itu meletus dan menimbulkan efek yang merusak prekonomian negara itu.

Baca Juga: Gosip Sang Kakak Jadi Simpanan Pengusaha Batu Bara Pernah Diperkuat Pedangdut, Aisyahrani Kini Bantah Tegas: Itu Dibuat Sama Klien Saya!

Dengan paket stimulus serta populasi penduduk yang menua dengan begitu cepat, Jepang perlu untuk melakukan dorongan bagi jaminan layanan kesehatan serta sosial. Pada akhir tahun 1990, tingkat utang Jepang telah menembus 100 persen dari PDBnya.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan tingkat utang Jepang terus meningkat hingga menembus level 200 persen pada tahun 2010 dan saat ini berada pada level 240 persen dari PDB.

Beberapa waktu lalu pun, parlemen Jepang sepakat untuk menggelontorkan anggaran sebesar 117 triliun yen sebagai langkah-langkah anti virus corona. Dengan demikian, tingkat utang terhadap PDB bisa menembus level 250 persen.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Virus Mematikan di Daratan Afrika, Jepang Justru Impor Ebola dari Kongo Demi Persiapan Olimpiade 2020, Ternyata Ini Kepentingannya

Namun demikian, penumpukan utang tersebut dinilai tidak terlalu bermasalah. Pasalnya, untuk membiayai utang tersebut pemerintah Jepang melakukan penerbitan surat utang yang disebut dengan JGB (Japanese Government Bond).

Bank sentral setempat pun membeli surat utang tersebut dalam volume yang besar. Pasalnya, meski bank sentral merupakan lembaga independen dalam praktiknya erat mengoordinasikan kebijakan ekonomi dengan pemerintah.

Dalam upaya untuk mendukung perekonomian di tengah pandemi, BoJ pun menghapus plafon yang diberlakukan untuk membeli JGB. Dengan demikian, bank sentral memiliki daya beli tanpa batas. Saat ini, BoJ memegang lebih dari semua surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah setempat.

Baca Juga: Modal Obat Racikan Jepang, Rusia Klaim Berhasil Temukan Vaksin Corona Paling Menjanjikan di Dunia, Arab Saudi Jadi yang Pertama Dapat Jatah

Dengan demikian, BoJ menjaga harga JGB di pasar surat utang seklaligus menjaga agar imbal hasil obligasi pemerintah tetap rendah.

Artinya, pada dasarnya dalam mengelola keuangan di tengah pandemi pemerintah Jepang didanai oleh bank sentral dengan tingkat bunga yang sangat rendah (atau bahkan negatif). Hal tersebut membuat pembiayaan pemerintah bisa lebih berkelanjutan.

"Kondisi tingkat sangat rendah yang diciptakan oleh kebijakan moneter yang sangat akomodatif oleh BoJ dapat menjadi salah satu alasan bahwa gunungan utang Jepang tak terlalu bermasalah dibandingkan dengan negara-negara dengan utang yang tinggi di seluruh dunia," kata ekonom Nomura Bank Takashi Miwa.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Utang Jepang Tembus Rp 170.800 Triliun, Kok Bisa?"

(*)

Source :Kompas.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x