Mengutip Global Times, Senin (15/6), tiga kapal induk AS yakni USS Theodore Roosevelt, USS Nimitz dan USS Ronald Reagen, bersama dengan kapal perang dan pesawat tempur lainnya, tengah berpatroli di perairan Indo-Pasifik, seperti dilaporkan Associated Press pada hari Jumat.
Pengerahan kapal induk AS ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan AS terkait covid-19, undang-undang keamanan Hong Kong dan Laut China Selatan.
Sebelumnya ketiga kapal induk tersebut terkena dampak pandemi Covid-19 yang membuat AS tidak memiliki kapal induk yang beroperasi di wilayah pasifik barat selama lebih dari dua bulan.
Dengan mengerahkan kapal induk ini, AS berusaha menunjukkan kepada seluruh wilayah dan bahkan dunia bahwa itu tetap menjadi kekuatan angkatan laut yang paling kuat, karena mereka dapat memasuki Laut China Selatan dan mengancam pasukan China di pulau-pulau Xisha dan Nansha serta kapal yang melewati perairan terdekat.
Sehingga AS dapat melaksanakan politik hegemoniknya, Li Jie, seorang pakar angkatan laut yang berbasis di Beijing, mengatakan kepada Global Times.
China dapat melawan langkah AS dengan meningkatkan kesiapsiagaan perangnya sendiri dan mengadakan latihan yang sesuai.
Latihan militer China ini mau mengatakan kepada AS bahwa China mampu dan bertekad untuk menjaga integritas teritorialnya, kata Li.
Pasukan angkatan laut dan udara dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cxhina telah mengusir banyak kapal perang AS yang secara ilegal memasuki perairan teritorial Tiongkok di lepas pulau Xisha dan Nansha di Laut China Selatan tahun ini, menurut pernyataan PLA.
Selain kapal perang angkatan laut standar, pesawat terbang dan rudal, China memiliki berbagai senjata yang dirancang untuk menenggelamkan kapal induk, seperti rudal balistik anti-kapal jarak menengah DF-21D yang dapat menutupi Rantai Pulau Pertama, dan jangkauan menengah anti -Kapal rudal balistik DF-26 yang dapat mencapai Guam.