Gridhot.ID - Hubungan antara India dengan China memang sudah sulit untuk dijelaskan.
Ditambah lagi dengan apa yang terjai di area perbatasan mereka.
Terjadinya pertempuran dengan tangan kosong di perbatasan yang menewaskan lebih dari 20 tentara India memicu kemarahan publik di negara itu. Seruan boikot produk China semakin nyaring di seantero negeri.
Dilansir dari Indian Express, Minggu (21/6/2020), pemerintah India tengah berupaya menekan Beijing dengan mendorong warganya melakukan boikot pada barang-barang buatan dari China. Wacana memulai perang dagang dengan China juga mulai disuarakan publik India.
Menteri Persatuan India, Ramdas Bandu Athwale, meminta masyarakat tak pergi ke restoran yang menjual makanan China tanpa pengecualian, meski pemiliknya maupun kokinya adalah seorang warga negara India. Seruan boikot juga menggema untuk mencegah warga India membeli barang elektronik dari pabrikan China.
Kendati demikian, memboikot produk China di India dianggap banyak kalangan malah akan merugikan ekonomi nasional negara itu. Ini karena India begitu bergantung pada barang impor dari Tiongkok.
Sepanjang tahun 2019-2020, perdagangan dengan China berkontribusi sebesar 10,6% dari seluruh neraca perdagangan India, atau yang terbesar kedua setelah perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). Sebaliknya bagi China, perdagangan dengan India hanya menyumbang 2,1%, sehingga tak terlalu siginifikan pengaruhnya bagi China.
Bagi India, China juga merupakan patner dagang vital.
Sebaliknya bagi China, India tak memegang peran terlalu siginifikan dan komoditas impor dari India masih bisa digantikan negara lain.
Menurut data United National Conference on Trade and Development (UNCTAD) di tahun 2018, 15,3% barang impor yang ada di India berasal dari China.
Sementara barang impor di China yang didatangkan dari India hanya sebesar 5,1%.
Dilansir dari Timesoft India, menabuh genderang perang dagang dengan China malah akan berimbas negatif pada ekonomi India.
Apalagi, negara ini sangat bergantung pada China untuk rantai pasok global, salah satunya pasokan bahan kimia untuk bahan baku industri obat yang harus dibeli dari China.
India selama ini dikenal sebagai salah satu produsen farmasi terbesar dunia. Kekurangan bahan baku dari China bisa membuat ekspor obat India anjlok.
Selain itu, Negeri Bollywood ini juga tak bisa lepas dari investasi China.
Perang dagang dengan Beijing, tentu bisa membuat investasi luar negeri di India merosot.
Total ada 225 perusahaan besar China yang berinvestasi langsung di India sepanjang tahun 2003 hingga 2020.
Investor terbesar asal China yakni perusahaan telekomunikasi seperti Huawei dan Xiaomi.
Beberapa perusahaan raksasa lainnya dari China juga tengah menjajaki penambahan nilai investasi di India, termasuk membangun basis produksi. Mereka adalah ZTE, Benling, Dezan Shira, Wafangdian, dan Vivo.
Dilansir dari Business Insider, tercatat 4 dari 5 merek handphone paling mendominasi di India berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Samsung yang berasal dari Korea, jadi satu-satunya merek non-China yang berada di urutan 5 besar tersebut.
Harga yang murah namun dengan spesifikasi tinggi, membuat smartphone dari pabrikan China sulit tergantikan di India, terutama di kalangan masyarakat menengah dan menengah ke bawah.
Untuk menekan biaya, pabrikan ponsel pintar di China juga membangun pusat produksi di India.
Merek paling laris di pasaran India adalah Xiaomi dengan pangsa pasar sebesar 30%. Artinya, 3 dari 10 orang di India adalah pengguna ponsel besutan perusahaan yang didirikan Lei Jun pada 2010 tersebut.
Di luar itu, India sebelum pandemi virus corona, juga mendapatkan keuntungan sangat besar dari lonjakan turis asing dari China.
India juga sulit melepaskan dari ketergantungan pada barang-barang murah dari China.
Perang dagang dengan China bisa memicu kalangan menengah ke bawah dalam kondisi sulit.
Selama ini, warga miskin di India banyak menggunakan produk-produk made in China yang lebih terjangkau.
Mereka juga sangat sensitif dengan harga.
Contoh saja produk pendingin ruangan, warga miskin di India bakal kesulitan jika harus mengganti AC buatan China dengan pabrikan Jepang yang harganya jauh lebih mahal.
"Kita harus bisa mandiri sebisa mungkin, tetapi kita tidak bisa memisahkan dari dunia. India harus terus mempertahankan diri menjadi bagian dari rantai pasokan global dan tidak memboikot barang-barang dari China," kata pemimpin Kongres India, Chidambaram dikutip dari Livemint.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Boikot produk Tingkok menggema, India bukan tandingan China dalam perang dagang.
(*)