Gridhot.ID - Militer Indonesia memiliki pasukan yang dikhususkan untuk bermisi di daerah konflik.
Entah itu di daerah konflik dalam negeri atau juga daerah konflik di negara lain.
Salah satunya adalah Satuan tugas (Satgas) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXIX-B Rapid Deployable Battalion (RDB) Monusco.
Pasukan asal Indonesia ini di segani di Kongo lantaran keberhasilan dan kehebatannya.
Salah satu pencapaian kontingen ini adalah saat pasukan perdamaian asal Indonesia berhasil mendamaikan tiga suku yang berperang.
Pertikaian tiga suku tersebut terjadi di Desa Kashege, Kalemie, Provinisi Tanganyika, Republik Demokratik Kongo.
TNI berhasil mengakhiri pertikaian ketiga suku tersebut pada Kamis (25/6/2020).
"Keberhasilan tim LRM (Long Range Mission) Satgas TNI Konga XXXIX-B Monusco Kongo untuk memediasi ketiga suku dan memperoleh 24 pucuk jenis AK-47," ujar Komandan Satgas TNI Konga RDB Monusco Kongo Kolonel Inf Daniel Lumbanraja dalam keterangan tertulis, Kamis (25/6/2020).
Berakhirnya pertikaian ketiga suku tersebut ditandai dengan menyerahnya 27 orang milisi.
Mereka terdiri dari 12 orang dari kelompok milisi Persi Kaomba pimpinan Mukonga Faliala dan tujuh orang dari kelompok milisi Aleluya pimpinan Bilenge Shindano.
Kemudian, delapan orang dari kelompok Apa na Pale pimpinan Kisidja Mwenge Salumu.
Sejumlah senjata api dan peralatan perang pun diserahkan kepada pasukan TNI oleh orang-orang terebut.
Meskipun disegani di medan tugas, seperti di wilayah Kongo tersebut tetapi kabar duka sempat menyelimuti Kontingen tersebut.
Salah seorang anggotanya dikabarkan gugur lantaran serangan pasukan bersenjata yang bernama Pasukan Aliansi Demokratik (ADF).
Kelompok pemberontak itulah yang menyerang pasukan penjaga perdamaian hingga menewaskan prajurit TNI AD Sersan Mayor (Serma) Rama Wahyudi.
Serangan dari kelompok ADF itu disebut kejam lantaran menyerang pasukan penjaga perdamaian yang tak terlibat konflik dalam negeri di sana.
Ternyata rekam jejak kelompok pemberontak ini memang dikenal misterius dan berbahaya.
Melansir dari Al Jazeera, ADF merupakan kelompok yang dinamis dan sangat misterius.
ADF adalah gerakan yang berasal dari negara tetangga Uganda pada 1990-an.
Pada 1995, mereka pindah dan bermarkas di Kongo, meski diyakini mereka tidak melancarkan serangan ke Uganda selama bertahun-tahun.
Sebuah laporan kepada Dewan Keamanan PBB pada bulan Januari mengatakan bahwa ADF memiliki karakteristik kelompok bersenjata dan organisasi kriminal.
Tujuannya saat ini tidak jelas. Kelompok itu tidak mengeluarkan pernyataan publik ataupun mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi.
Sumber pemerintah dan PBB mengatakan keanggotaannya antara 1.500 dan 2.000 orang, dengan agen perekrutan di negara lain di wilayah tersebut.
Sumber pendanaan mereka juga tidak jelas tetapi kelompom itu sering menyerang pangkalan militer Kongo (FARDC) untuk mendapatkan senjata dan mereka bertani di hutan.
Dua puluh dua ribu tentara Kongo di bawah komando lima jenderal memulai operasi melawan ADF pada Oktober 2019.
Komandan tentara yang memimpin pasukan ke garis depan di hutan mengatakan mereka mendorong pemberontak keluar dari benteng mereka.
Operasi itu menewaskan lusinan orang, termasuk beberapa dari mereka, pemimpin, dan menangkap banyak anggota ADF.
Tetapi situasi di beberapa bagian wilayah itu menjadi semakin berbahaya, militan ADF telah membunuh hampir 1.000 orang sejak serangan dimulai.
Bahkan bulan Mei lalu, lusinan warga sipil tewas di Kongo timur dalam serangkaian pembantaian oleh milisi ADF, menurut sumber PBB dan satu LSM setempat mengatakan kepada AFP.
Pasukan Demokrat Sekutu (ADF) telah menewaskan ratusan orang di wilayah itu sejak akhir 2019, sebagai balasan atas serangan militer terhadap pangkalan mereka.
Melansir dari The Defense Post, mengatakan setidaknya 22 orang tewas dalam dua serangan pada Senin dan Selasa (25-26 Mei 2020) di selatan provinsi Ituri, dekat perbatasan dengan provinsi Kivu Utara.
Setidaknya 16 orang lainnya tewas Jumat lalu dan pada hari Minggu, kata sumber itu.
Kelompok pemantau yang disebut Pelacak Keamanan Kivu (KST) mengatakan bahwa sejak 7 Mei telah mencatat kematian 50 warga sipil, yang dikaitkan dengan ADF, di daerah Kivu Utara di Beni saja.
Kematian yang dikaitkan dengan ADF pada bulan April berjumlah 30, kata KST. (*)
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul "Meski Pasukan Asal Indonesia Berhasil Damaikan Peperangan 3 Suku di Kongo, Ternyata Kelompok Pemberontak yang Tewaskan Anggota TNI Disebut Kejam dan Misterius, ADF!"