"China bahkan telah menyebut negara mereka sebagai 'negara yang dekat dengan kutub utara'," ujar Foggo.
"Mereka sedang mengawasi kesempatan investasi yang beraneka macam dari eksplorasi sumber daya alam sampai potensi lalu lintas maritim komersial di masa depan lewat 'Jalan Sutra Kutub'," sebutnya dikutip dari South China Morning Post.
Ia merujuk pada ambisi Beijing untuk memperpanjang Belt dan Road Initiative yang dibuat oleh Presiden China Xi Jinping ke Kutub Utara oleh mengembangkan jalur pelayaran yang dibuka oleh pemanasan global.
Beijing mengatakan minatnya terhadap Kutub Utara sebagian besar terkait dengan perdagangan dan perlindungan lingkungan.
Namun, Foggo mengatakan daerah itu bisa menjadi fokus klaim palsu.
"Mereka membuat preseden sendiri terkait klaim halusinasi mereka di Laut China Selatan, sehingga sangat mungkin China akan mencari cara yang sama dalam menguasai Kutub Utara," ujarnya.
Selanjutnya, Foggo sebutkan teknologi telekomunikasi 5G dan pengelolaan infrastrukturnya sebabkan kekhawatiran baru untuk Eropa.
"NATO tidak bisa lagi mengabaikan aktivitas China di Eropa," sebutnya.
China sendiri telah tumbuhkan investasi di Afrika dan Eropa, yang dilihat Foggo sebagai pengaruh terhadap otoritas lokal dan membahayakan kepentingan Angkatan Laut AS di seluruh dunia.