Menyebutkan kepada Reuters, Yoji Koda, mantan laksamana Pasukan Pertahanan Maritim yang memimpin kapal Angkatan Laut Jepang dari 2007 sampai 2008 menyampaikan: "dari awal, cerita pemerintah Jepang sangatlah tidak mungkin.
"Aku dulunya penembak rudal, aku tahu betapa sulitnya mengontrol jatuhnya peluncur yang telah terbakar."
Selain masalah puing-puing rudal, keputusan Kono juga dipengaruhi oleh biaya dari proyek Aegis Ashore.
Kontrak Aegis Ashore Jepang bernilai 1.7 milyar dolar Amerika, dan lebih dari 100 juta dolar sudah dihabiskan.
Selama 30 tahun kementerian pertahanan mengestimasi pendanaan mereka sekitar 4 milyar dolar Amerika.
Dana itu tidak termasuk pengujian misil, yang disebutkan tahun lalu menghabiskan dana setidaknya 500 juta dolar Amerika.
Untuk sekarang, Jepang akan bergantung pada penghancur dengan radar Aegis tua mereka.
Radar itu akan memandu peluncur SM-3 yang kurang kuat.
Meski kurang kuat, peluncur itu bisa menembak misil musuh di udara dan dapat ditingkatkan untuk mampu menangkis ancaman lain.