Melansir dari Chemical Book, nama eucalyptol merujuk dari keberadaannya dalam minyak esensial Eucalyptus globulus dan Melaleuca leucadendron L. Pada tanaman seperti minyak kayu putih, eucalyptol menjadi komponen utama di mana 85 persennya merupakan senyawa tersebut.
Eucalyptus polibrac, juga dilaporkan mengandung hingga 91 persen eucalyptol.
Eucalyptol merupakan cairan tak berwarna dengan bau khas dengan rasa segar dan menyengat yang secara eksklusif diperoleh dengan cara isolasi minyak esensial.
Beberapa tanaman lain juga dilaporkan memiliki kandungan ini di antaranya adalah rosemary, daun laurel, clary sage, mur, kapulaga, adas manis bintang, lavender, dan peppermint.
Melansir dari Foodb, eucalyptol diberi status GRAS (Umumnya diakui aman) oleh Asosiasi Produsen Rasa dan Ekstrak (FEMA) pada tahun 1965.
Eucalyptol memiliki struktur kimia C10H18O dan memiliki nama IUPAC 1,3,3-trimethyl-2-oxabicyclo [2.2.2] oktan.
Eucalyptol memiliki beberapa penyebutan sebagaimana dikutip dari Drugs.com di antaranya Eucalyptolum (Latin), Cineol (Jerman), Cinéole (Prancis) serta Cajeputol.
Penggunaan Medis Melansir dari Buku 'Medical Toxicology of Natural Substances' terbitan John Wiley & Sons, INC penggunaan minyak eucalyptus yang di dalamnya mengandung eucalyptol telah digunakan sejak lama oleh Suku aborigin Australia serta suku asli Brazil.
Mereka menggunakannya untuk mengatasi masalah pada infeksi saluran pernapasan atas, asma, penyakit karena virus, demam dan infeksi bronkial.
Penggunaan juga ditujukan untuk seseorang yang mengalami diare, sakit gigi, gigitan ular dan lesi pada kulit.