"Sebagai orang yang relatif tertutup, saya terpaksa keluar dari zona nyaman saya dalam arti bahwa jika saya tidak melakukan beberapa hal, saya tidak akan punya tempat tinggal, saya tidak akan punya air," katanya.
"Itu memaksa saya untuk semacam berinteraksi dan akrab dengan orang-orang," kata dia. Pada tanggal 27 Juni, hampir 50 hari sejak ia pertama kali berada di jalan, ia tiba kembali ke rumah.
Keluarganya bersama dengan puluhan teman, serta orang-orang yang mengetahui perjalanannya menunggu untuk merayakan kedatangannya. "Itu sangat emosional," katanya. (*)Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Mahasiswa Ini Nekat Gowes 3.500 km Selama 48 Hari untuk Pulang Kampung"