"Jalan-jalan penuh dengan kaca, sulit untuk ambulans lewat, banyak batu-batu, bongkahan semen, rumah-rumah ambruk," kata Rose.
"Asap masih mengepul saat malam. Seluruh kota gelap, sulit untuk berjalan, orang-orang berlumur darah."
"Saya melihat nenek berusia 86 tahun dirawat dokter yang berlari keluar dari rumahnya dengan perlengkapan bantuan pertama," tambahnya.
"Flat saya juga rusak. Kaca berserak. Kerusakan begitu dasyat."
"Bahkan satu mal yang berjarak dua kilometer dari tempat ledakan, seluruh bagian depan hancur."
"Kerusakan bukan hanya di pelabuhan, seluruh Beirut terhantam," katanya lagi.
Seperti gempa
Hamzah Assuudy Lubis, Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, menuturkan kepada BBC Indonesia.
"Saat ledakan terjadi, saya dan teman teman sedang berada di rumah mahasiswa yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian, yaitu Pelabuhan Beirut.
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar