Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon, pada Selasa (4/7/2020) lalu tampaknya berbuntut panjang.
Ledakan tersebut memicu kemarahan dan demonstrasi yang besar di negara tersebut.
Rakyat Lebanon menuding kelalaian pemerintah dan korupsi para elite politik selama puluhan tahun adalah penyebab ledakan itu.
Melansir Serambinews.com, seluruh anggota kabinet Pemerintahan Lebanon resmi mengundurkan diri pada Senin (10/8/2020).
Dilaporkan, satu per satu menteri mundur dari kabinet.
Terbaru, Menteri Kehakiman mengundurkan diri sebagai anggota kabinet ketiga yang melakukan itu menyusul ledakan dahsyat pekan lalu di Beirut.
Pengunduran diri Marie-Claude Najm pada Senin terjadi sehari setelah Menteri Informasi dan Lingkungan mengundurkan diri.
Rapat dilaksanakan Senin, di tengah laporan seluruh pemerintah mungkin mengundurkan diri, jika total tujuh menteri mengundurkan diri.
Kabinet secara efektif akan menjadi pemerintahan sementara, seperti dilansir AFP, Senin (10/8/2020).
Ledakan itu, bersama dengan krisis ekonomi yang parah, telah banyak disalahkan atas puluhan tahun korupsi dan kesalahan urus oleh kelas politik Lebanon.
Ledakan Selasa (4/8/2020) menewaskan 160 orang lebih dan melukai 6.000 orang lebih.
Ledakan juga menyebabkan kerusakan luas di seluruh ibu kota dan melenyapkan pelabuhan.
Tampaknya itu disebabkan oleh kebakaran yang menyulut timbunan bahan peledak yang disimpan di pelabuhan sejak 2013.
Menteri kesehatan Lebanon mengatakan pemerintah telah mengundurkan diri karena ledakan dahsyat pekan lalu di Pelabuhan Beirut.
Menteri, Hamad Hassan, berbicara dengan wartawan pada akhir pertemuan Kabinet pada Senin (10/8/2020).
Dia berkata: "Seluruh pemerintah mengundurkan diri."
Hassan juga menambahkan Perdana Menteri Hassan Diab menuju ke istana presiden untuk menyerahkan pengunduran diri atas nama semua menteri.
Sedangkan seorang hakim Lebanon pada Senin mulai menanyai Kepala Badan Keamanan atas ledakan dahsyat pekan lalu di Beirut.
Saat bersamaan, menteri kabinet lainnya mengundurkan diri sebagai aksi protes.
Kabinet bersidang pada Senin malam, di tengah spekulasi pemerintah dapat mengundurkan diri secara massal.
Atau, jika empat menteri lagi mengundurkan diri, Kabinet akan runtuh, menyerahkannya ke status caretaker sampai yang baru terbentuk.
Dilansir dari Antara, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab pada Senin (10/8/2020) mengundurkan diri dan membubarkan pemerintahannya setelah masyarakat menggelar rangkaian aksi protes menuntut otoritas setempat bertanggung jawab atas ledakan yang menghancurkan Kota Beirut.
Diab, lewat pidatonya, juga menyebut ledakan itu dan aksi kemarahan warga merupakan buah dari korupsi yang telah mendarah daging di Lebanon.
Ledakan yang disebabkan oleh lebih dari 2.000 ton amonium nitrat di gudang pelabuhan pada 4 Agustus menyebabkan 163 orang tewas dan lebih dari 6.000 warga luka-luka, serta merusak sebagian besar bangunan di Beirut, ibu kota Lebanon.
Insiden itu memperburuk krisis ekonomi dan politik yang telah terjadi selama berbulan-bulan di Lebanon.
"Hari ini kami mengikuti kehendak masyarakat yang menuntut tanggung jawab otoritas terkait terhadap bencana ini, (mereka) yang memilih untuk bersembunyi selama tujuh tahun, (dan kami akan mengikuti) keinginan mereka yang menuntut perubahan," kata PM Diab saat mengumumkan pengunduran dirinya.
Presiden Lebanon Michel Aoun menerima pengunduran diri pemerintahan Diab, tetapi ia meminta pihak tersebut untuk sementara ini menjadi pelaksana tugas sampai kabinet baru terbentuk, demikian isi pengumuman otoritas setempat sebagaimana disiarkan lewat televisi.
Pemerintahan Diab terbentuk pada Januari dan ia mendapat dukungan dari kelompok Hezbollah di Iran.
Sementara itu, dikutip dari Serambinews.com, Iran menyatakan keprihatinan bahwa negara-negara Barat dan sekutunya mungkin mengeksploitasi kemarahan atas ledakan tersebut untuk mengejar kepentingan politik mereka.
Iran mendukung kelompok militan Hizbullah, yang bersama sekutunya mendominasi pemerintahan dan parlemen.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan wajar jika orang-orang frustrasi.
Namun dia mengatakan itu akan menjadi tidak dapat diterima jika beberapa individu, kelompok dan negara asing menggunakan insiden itu sebagai dalih untuk tujuan dan niat mereka.
Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz menarik garis keras bahwa Hizbullah menyimpan roket dan senjatanya jauh di dalam wilayah sipil.
Sementara tidak menuduh Hizbullah dan terkait dengan ledakan itu.
Benny Gantz mengatakan desa-desa dan kota-kota di Lebanon dipenuhi dengan senjata Hizbullah.
Dia mengatakan jika diledakkan, baik oleh operasi Israel atau karena kecelakaan, akan menghancurkan rumah.
Dia mengatakan Hizbullah adalah masalah terbesar Lebanon. (*)
Source | : | Antara,Serambinews.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar